Sabtu, 28 Agustus 2010

silabus jasa boga

SILABUS

NAMA SEKOLAH      :   SMK NEGERI  30  JAKARTA
MATA PELAJARAN      :   Mengolah  Makanan  Kontinental
KELAS/SEMESTER      :   XI / 1 
STANDAR  KOMPETENSI    :    Mengolah  Makanan  Kontinental
KODE KOMPETENSI    :    099 – KK. 1
ALOKASI WAKTU    :    208 Jam @ 45  Menit

KOMPETENSI DASAR    INDIKATOR    MATERI PEMBELAJARAN    KEGIATAN PEMBELAJARAN    PENILAIAN    ALOKASI WAKTU    SUMBER BELAJAR      
                    TM    PS    PI          
1.    Mengolah  Cold dan Hot  Appetizer  atau  Salad    v    Bahan-bahan untuk salad dan dressing dipilih dengan tepat  sesuai  standar  perusahaan
v    Salad disiapkan  dengan menggunakan  bahan-bahan dan  bumbu  sesuai dengan standar  perusahaan
v    Saos  dan  dressing  yang  cocok disiapkan untuk dicampur  atau sebagai  teman  appetizer  dan  salad  sesuai  dengan  resep  standar
v    Appetizer  dan  salad  dihias  serta  disajikan  dengan  rapi  pada  temperature  yang  tepat  dan  sengan  saus  yang  tepat    v    Menjelaskan :
Ø    Pengertian  salad
Ø    Klasifikasi  salad
Ø    Komposisi  salad
Ø    Bahan makanan untuk pembuatan salad
Ø    Pengertian  dressing
Ø    Macam-macam dressing (saos)
Ø    Teknik  pembuatan  dressing
Ø    Teknik  penataan salad
v    Penyiapan  pembuatan  salad
v    Teknik  pembuatan  dressing
v    Teknik  penataan  salad
v    Pembuatan  saos  (dressing)  untuk  salad
v    Penataan  dan  penyajian  salad    v    Mencari  informasi  tentang  Cold  dan  Hot  Appetizer dari berbagai sumber refernsi
v    Mendiskusikan  hasil penggalian informasi tentang Cold  dan  Hot  Appetizer.
v    Mempresentasikan  hasil  diskusi Cold  dan  Hot  Appetizer.
v    Membuat  kesimpulan  hasil  presentasi
v    Praktik  pengolahan  dan  penataan  Cold  dan  Hot  Appetizer    v    Tes Tertulis
v    Tes kinerja
v    Observasi non akademik (kerjasama, kemampuan komunikasi, tanggung jawab)    6    46        v    Modul menyiapkan hidangan pembuka dan salad
v    Referensi lain yang relevan   

silabus tata busana

SILABUS
NAMA SEKOLAH    :  SMK ................
MATA PELAJARAN    :  Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
KELAS/SEMESTER    :  X / 1
STANDAR KOMPETENSI    :  Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
KODE KOMPETENSI    :  113DKK1
DURASI PEMELAJARAN                  :  31 X 45 menit


KOMPETENSI DASAR    INDIKATOR    MATERI PEMBELAJARAN    KEGIATAN PEMBELAJARAN    PENILAIAN     ALOKASI WAKTU    SUMBER BELAJAR      
                    TM    PS    PI          
4.1    Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
    §    Mendeskripsikan keselamatan


§    Mendeskripsikan kesehatan kerja
    §    Keselamatan  dan Kecelakaan Kerja
§    Api dan Kebakaran
§    Alat pelindung kerja

§    Persyaratan ruang dan perabot kerja
§    Penyakit akibat kerja
    §    Menyimak film tentang berbagai kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja
§    Mendiskusikan secara berkelompok tentang  lingkup keselamatan , dan kesehatan kerja dengan menggunakan buku refernsi
§    Mempresentasikan hasil kerja kelompok tentang keselamatan , dan kesehatan kerja
§    Membuat laporan hasil diskusi kelompok    §    Tes tertulis
§     Portofolio
§    Observasi (kerjasama, kemampuan komuniaksi)    14    -        §    Film tentang kecelakaan kerja
§    Buku refernsi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri
§    Peralatan pelindung diri
§    Peralatan  pemadam kebakaran  

silabus penjas smk

SILABUS

Nama Sekolah    : SMK NEGERI  30  JAKARTA
Mata Pelajaran    : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester    : X/1
Standar Kompetensi    : Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana  dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
Kode Kompetensi    : 1.   
Alokasi Waktu    : 16 X 45 menit

Kompetensi Dasar    Indikator    Materi Pembelajaran    Kegiatan Pembelajaran    Penilaian    Alokasi Waktu    Sumber Belajar      
                    TM    PS    PI          
1.1     Mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar  serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri**)    ·    Menendang bola menggunakan kaki bagian dalam dengan teknik yang benar.

koreksian kkpi

BAHAN MASUKAN UNTUK RPP KKPI

SK : MENGOPERASIKAN PC DALAM JARINGAN
KD  : Menginstal software jaringan

·    Indikator untuk KD diatas :
o    Perangkat software jaringan  dan Installation Manual software jaringan dipersiapkan dan diidentifikasi
o    Utilitas koneksi dijalankan untuk menguji koneksi komputer secara cepat.
o    Searching komputer dilakukan dengan cepat dan sesuai dengan manual
o    Program diinstal melalui jaringan sesuai dengan prosedur dan berfungsi dengan baik.
·    Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran peserta didik diharapkan dapat:
1.    Menjelaskan pengertian software jaringan sesuai dengan buku informasi
2.    Menjelaskan 4 macam  jaringan computer
3.    Menjelaskan 2 fungsi software jaringan
4.    Menjelaskan 5 alat yang digunakan dalam jaringan computer
5.    Menjelaskan cara uji utilitas koneksi jaringan
6.    Dst
·    Langkah-langkah sudah Ok.
·    Penilaian :
o    Tes praktik  : dengan observasi kinerja/tes kinerja (performance) , tes ini untuk menilai  keterampilan dan sikap kerja peserta didik saat melaksanakan tes praktik
o    Penilaian aspek sikap : adalah penilaian non akademik terkait dengan proses belajar, misalnya:
§    Antusias peserta didik
§    Kerjasama
§    Tanggung jawab
§    Partisipasi dll

BAHAN MASUKAN UNTUK RPP KKPI


SK : MENGOPERASIKAN PC DALAM JARINGAN

KD  : Menginstal software jaringan


·         Indikator untuk KD diatas :

o   Perangkat software jaringan  dan Installation Manual software jaringan dipersiapkan dan diidentifikasi

o   Utilitas koneksi dijalankan untuk menguji koneksi komputer secara cepat.

o   Searching komputer dilakukan dengan cepat dan sesuai dengan manual

o   Program diinstal melalui jaringan sesuai dengan prosedur dan berfungsi dengan baik.

·         Tujuan Pembelajaran:

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran peserta didik diharapkan dapat:

1.    Menjelaskan pengertian software jaringan sesuai dengan buku informasi

2.    Menjelaskan 4 macam  jaringan computer

3.    Menjelaskan 2 fungsi software jaringan

4.    Menjelaskan 5 alat yang digunakan dalam jaringan computer

5.    Menjelaskan cara uji utilitas koneksi jaringan

6.    Dst

·         Langkah-langkah sudah Ok.

·         Penilaian :

o   Tes praktik  : dengan observasi kinerja/tes kinerja (performance) , tes ini untuk menilai  keterampilan dan sikap kerja peserta didik saat melaksanakan tes praktik

o   Penilaian aspek sikap : adalah penilaian non akademik terkait dengan proses belajar, misalnya:

§  Antusias peserta didik

§  Kerjasama

§  Tanggung jawab

§  Partisipasi dll

koreksian kwu

BAHAN MASUKAN UNTUK KEWIRAUSAHAAN
Standar Kompetensi    :  Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha
Kompetensi Dasar    :  1.1 Mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausaha

·    Indikator :  belum tepat.  Indikator dari KD diatas adalah:
o    Mengidentifikasi sikap wirausaha
o    Mengidentifikasi perilaku wirausaha
·    Tujuan pembelajaran: setelah pembelajaran peserta didik dapat:
o    Menjelaskan pengertian wirausaha dan kewirausahaan sesuai dengan modul
o    Menjelaskan  4 manfaat kewirausahaan
o    Menjelaskan  3 tujuan kewirausahaan
o    Menjelaskan  4 asas kewirausahaan
o    Menjelaskan  2 ruang lingkup kewirausahaan
o    Mengidentifikasi 5 sikap wirausaha jika diberikan kasus
o    Mengidentifikasi 5 perilaku wirausaha jika diberikan kasus
o    Menjelaskan 9 karakteristik wirausahawan
o    Menjelaskan 10 macam kegagalan dan kesuksesan warausahawan berdasarkan karakteristik wirausahawan
·    Kegiatan inti masih ada yang belum bentuk kegiatan : yaitu yang berbunyi:
o    Menjelaskan pengertian wirausaha dan kewirausahaan
o    Menganalisis tujuan, asas, sasaran, manfaat, ruang lingkup kewirausahaan
o    Menjelaskan karakteristik wirausahawan menurut ahli
·   

koreksian bu tuti

BAHAN MASUKAN SILABUS : IPA

STANDAR KOMPETENSI        :   Memahami  gejala – gejala  alam  melalui  pengamatan
·    Indikator :  tidak sesuai dengan KD (indicator yang tertulis kata kerjanya melebihi KD.  Sebagai ilustrasi : jika anak diminta untuk mengidentifikasi gejala alam biotic (sesuai dengan bunyi KD).  Maka apa yang dilakukan anak saat mengidentifikasi gejala alam biotic , merupakan indikatornya.
·    Materi Pembelajarannya : tidak sesuai dengan KD.  Contohnya:
o    jika KD nya : Mengidentifikasi  secara terencana dan sistematis  untuk  memperoleh informasi gejala  alam biotic
o    Maka Materi pembelajarannya :  Gejala alam biotic, yang dapat dijabarkan menjadi{
·    Pengertian jenis gejala alam biotic
·    Jenis-jenis jenis gejala alam biotic
·    Ciri-ciri dari masing-masing jenis gejala alam biotic
·    Dst
·    Penilaian tidak cocok untuk KD nya

latihan buat animasi

Jumat, 20 Agustus 2010

peran tik

PERAN TIK DALAM PEMBELAJARAN
Posted on 23 Agustus, 2008 by Aristo

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:
  1. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
  2. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
  3. menggunakan teknologi internet yang standar,
  4. memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma pembelajaran tradisional.
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:
  1. komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
  2. materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau
  3. didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
  4. Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode
  5. sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.
  6. Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet,
  7. permainan, musik, dan TV,
  8. alat-alat musik,
  9. alat olah raga, dan
  10. bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu:
  1. siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
  2. harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
  3. bagi siswa dan guru, dan
  4. guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan
  5. alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai:
  1. sesuatu yang sulit dan berat,
  2. upaya mengisi kekurangan siswa,
  3. satu proses transfer dan penerimaan informasi,
  4. proses individual atau soliter,
  5. kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada
  6. satuan-satuan kecil dan terisolasi,
  7. suatu proses linear.
Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:
  1. proses alami,
  2. proses sosial,
  3. proses aktif dan pasif,
  4. proses linear dan atau tidak linear,
  5. proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,
  6. aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan
  7. kulktur siswa,
  8. aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari:
  1. sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi,
  2. dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran,
  3. pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
  4. dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu:
  1. dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
  2. pembelajaran,
  3. dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan
  4. berbagai pengetahuan,
  5. dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi
  6. pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Kreativitas dan kemandirian belajar.
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

Peran guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalismenya.

Adalah menarik sekali ketika memandu workshop pemanfaatan TIK untuk pembelajaran bagi para kepala sekolah, kemarin di Hotel Griya Astoeti, Cisarua Bogor. Apanya yang menarik? Ketika menyusun action plan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran.

Anda, saya atau siapa saja mungkin akan memikirkan hal yang sama. Apakah gerangan? Ketika menyusun action plan, fokus yang terlintas dalam benak adalah fasilitas TIK, jaringan yang dibutuhkan, konten apa aja yang diperlukan, pelatihan apa saja yang diperlukan dan bla-bla-bla lainnya. Apakah salah, tentu sajaa tidak. Semuanya benar.  Namun, ada satu hal yang tidak tercermin dalam action plan tersebut, yaitu bagaimana semua itu diimplementasikan dalam proses pembelajaran? Jadi, pikiran kita terfokus pada pengadaan sesuatu yang bersifat fisik dan lupa proses pembelajarannya akan seperti apa dengan menggunakan aneka ragam fasilitas TIK yang diidentifikasi dan diajukan dalam action plan tersebut. Singkat kata so what gitu loh?
Mungkin ini salah kami, sebagai fasilitator yang tidak mengarahkan kesana he he he he …. Tantangan kita sebenarnya adalah bagaimana guru-guru seara kreatif, secara inovatif memanfaatkan TIK untuk proses pembelajaran dalam berbagai bentuk strategi pembelajaran.
Kalau kita ngacu pada model strategi pembelajaran menurut Smaldino, katakanlah maka dalam praktekny, guru melakukan proses pembelajaran menurut dua kategori yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Keduanya, diintegrasikan atau dipadukan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metode pembelajaran yang berorientasi guru adalah presentasi, demonstrasi, tutorial dan drill & practice. Sedangkan metode2 pembelajaran yang berorientasi siswa adalah diskusi, pembelajaran koperatif (seperti project), problem-based learning, simulasi dan permainan.
Nah jika mengacu pada kategori di atas, terkait dengan pemanfaatan TIK, sedianya kita mulai memikirkan secara kreatif:
  • metode presentasi dengan menggunakan TIK yang efektif dan efisien serta menarik harus seperti apa? mengajar dengan menggunakan slide presentasi yang baik harusnya seperti apa, baik dari sisi kualitas teknis slide presentasinya itu sendiri maupun proses presentasi dengan menggunakan slide presentasi tersebut (mulai dari cara mengawali/membuka, posisi berdiri, mimik, interaksi yang sebaiknya terjadi, dan lain-lain. Aplikasi TIK yang dapat digunakan untuk hal ini antara lain adalah Open Office, MSOffice (MSPowerpoint), dreamweaver, dan lain-lain dengan mengkombinasikan format media lain didalamnya secara terpadu seperti audio (music, effect), video, animasi, gambar, grafik, dan lain-lain.
  • metode tutorial dengan memanfaatkan TIK yang baik, efektif dan menarik seperti apa? Tutorial adalah proses bimbingan yang dilakukan oleh guru secara intensif. Secara tradisional, guru melakukan bimbingan langsung bagi siswa-siswa yang tertinggal dibanding dengan yang lain. Dewasa ini, dengan adanya tool-tool komunikasi seperti chatting, forum komunikasi, mailinglist, bahkan sms dan audio-conference menggunakan handphone sangat memungkinkan (walau masih mahal dari sisi pulsa yang harus dibayarkan). Pemahaman akan fungsi tool-tool ICT, termasuk pemanfaatan tool jejaring sosial (soscial network) untuk pembelajaran, hendaknya ditanamkan pada diri guru. Caranya? Model pembelajaran yang memanfaatkan tool-tool seperti ini harus dicontohkan. Itu cara yang terbaik menurut saya ketimbang secara formal melakukan pelatihan khusus tentang hal ini, walaupun pelatihannya tetap masih dibutuhkan dibarengi dengan contoh konkrit penerapannya dalam situasi senyatanya.
  • demonstrasi dengan memanfaatkan TIK seperti apa yang efektif dan menarik? Demonstrasi, masih lebih baik dengan menggunakan obyek sebenarnya. Itu benar! Tapi untuk beberapa hal tertentu, karena keterbatasan tertentu seperti bahaya, waktu, biaya, jarak dan lain sebagainya maka harus didemonstrasikan dengan cara lain. TIK dalam hal ini sangat diperlukan. Contohnya, adalah bagaimana proses bunga mekar, dapat disajikan dengan video (dalam bentuk slow motion tentunya). Gunung api di bawah laut, bisa disajikan melalui video atau animasi,  cara kerja otak bisa disajikan dengan animasi, cara kerja helokopter bisa disajikan dengan animasi dan bahkan simulasi, dan lain-lain.
  • drill and practice dengan menggunakan TIK seperti apa yang efektif dan menarik? Dewasa ini, bentuk-bentuk soal apapun dengan jawaban apapaun bisa dibuat dengan software tertentu sejauh itu bersifat obyektif (pilihan ganda, benar salah, jawaban singkat), bahkan urutan munculnya secara acak dengan option jawaban acak bisa dibuat.  drill and practice bisa disajikan secara online seperti bank soal dan uji kompetensi di edukasi.net, bisa disajikan secara offline dalam bentuk CD-interaktif, atau bahkan bisa dikirim via sms dengan memanfaatkan fasilitas sms-gateway.
  • Diskusi dengan memanfaatkan TIK seperti apa yang efektif dan menarik? Tentu saja guru dapat melakukan diskusi langsung secara tatap muka di dalam kelas. Namun, diskusi saat ini bisa memanfaatkan fasilitas konferensi seperti text-based conference via computer alias chatting dengan memanfaatkan messenger tertentu (seperti yahoo messenger), atau memanfaatkan forum diskusi seperti babaflash forum, atau diskusiweb.com. milist juga bisa dijadikan ajang forum diskusi. Nah, tantangan bagi guru adalah bagaimana mebimbing (e-moderation) forum ini agar terarah, menantang dan menarik untuk siswa, mulai dari memunculkan topik diskusi, membuat pertanyaan yang menantang dan argumentable, dan seterusnya.
  • cooperative learning dan problem-based learning dengan memanfaatkan TIK seperti apa yang baik, efektif dan menarik? hanya sekedar ide, sebenarnya kita sebagai guru dapat secara kreatif memberikan tugas yang menantang kepada siswa secara kelompok dimana proses pengerjaannya dan produk yang dihasilkan adalah semuanya berbasis TIK. Misal komunikasi antar anggota kelompok bisa dilakukan via sms, email, chatting dll, pencarian ide bisa dilakukan melalui browsing diinternent dengan memanfaatkan teaknik searching yang efektif dan efisien, dan produknya disajikan dalam aneka ragam sajian berbasis TIK yang relevan dengan kemampuan mereka, seperti animasi, gambar, slide presentasi, video atau kombinasi dari semuanya. Atau mungkin produknya tetap suatu proyek tertentu, tapi proses pengerjaannya dilakukan dengan memanfaatkan tool-tool ICt yang relevan seperti tersebut.
  • permainan dan simulasi berbasis TIK? yang ini ga perlu ditanya, sangat memungkinkan. Namun, dalam prakteknya tidak mungkin guru membuatnya secara individual, dibutuhkan team khusus.
Model-model pembelajaran dengan menerapkan TIK seperti yang dipertanyakan di atas, hendaknya menjadi renungan kita bersama. Contoh-contoh konkritnya perlu dilakukan, digali lebih jauh, dipraktekkan, dibuktikan, dan disosialisasikan tanpa harus ada (hak cipta apalagi paten) sehingga dapat dimanfaatkan oleh guru lain dan bahkan menjadi inspirasi untuk menghasilkan model yang lebih baik.
Seandainya itu terjadi ya? … he he he betapa indahnya ICT untuk pembelajaran ….

Kembali ke permasalahan awal yang saya ajukan di atas. Kenyataan seperti itu, justeru mengkhawatirkan saya, dan mungkin juga Anda, bahwa ketika ICT masuk ke sekolah, tanpa diimbangi dengan kesadaran dan kemampuan guru dalam konteks pembelajaran yang benar, maka sekolah hanya akan menjadi sekolah modern dan mahal, tapi proses pembelajarannya tetap kuno…
Terima kasih

Perbandingan Proses Pembelajaran versi E-Learning



SELAMAT BERDJOEANG!
Raih Fastabiqul Khairat

Rabu, 18 Agustus 2010

RPP Penjas

Nama  Sekolah    : SMK Negeri  30  Jakarta
Mata Pelajaran    : Pendidikan  Jasmani, Olah raga, dan  Kesehatan
Kelas/Semester    : XI / 2
Pertemuan ke-    : 4
Standar Kompetensi    : Mempraktikan berbagai keterampilan permainan olahraga
      dalam bentuk sederhana dan nilai yang terkandung didalamnya
Kode  Kompetensi    : ......
Kompetensi Dasar    : Mempraktikan keterampilan bermain salah satu permainan dan
      Olahraga beregu bola besar serta nilai kerjasama, kejujuran,
      Menghargai, semangat, dan percaya diri.
Alokasi Waktu    : 8  x  45  Menit
Indikator    : 
@    Melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar  melempar dan menangkap bola  (chest pass, bounce  pass, over  head pass, dan side pass), menggiring  bola dan menembah ke ring basket dengan koordinasi  yang  baik.
@    Bermain bolabasket dengan menggunakan  peraturan  yang dimodifikasi untuk menumbuhkan dan membina nilai – nilai  kerjasama,  toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai  lawan, bersedia  berbagi tempat  dan  peralatan.
I.    Tujuan  Pembelajaran
1.    Siswa  dapat melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar melempar dab menangkap bola (chest pass, bounce pass, over head pass, dan side pass), menggiring bola dan menembak  ke ring  basket dengan koordinasi  yang  baik.
2.    Siswa dapat bermain bola basket dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi untuk menumbuhkan dan membina nilai – nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan.
II.    Materi  Pembelajaran.  ( Permainan  Bola Basket)
1.    Variasi dan kombinasi teknik dasar  melempar  dan menangkap bola  (chest  pass, bounce pass, over  head  pass,  dan  side  pass),  menggiring  bola  dan  menembak  ke  ring basket  dengan  koordinasi  yang  baik.
2.    Bermain  bola basket  dengan  menggunakan  peraturan  yang  dimodifikasi.
III.     Metode Pembelajaran.
v    Demonstrasi
v    Inclusive  (cakupan)
v    Bagian  dan  keseluruhan  (part  an  whole)
v    Permainan   (game)
v    Saling  menilai  sesama  teman  (Resiprocal)
IV.     Langkah - langkah  Pembelajaran.
Pertemuan  ke – 1  sampai  3
A.    Kegiatan  awal.  (15  menit)
1.    Bebaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi, dan penjelasan tujuan pembelajaran.
2.    Pemanasan  secara  umum.
3.    Berlari  mengelilingi  lapangan  bola volly
4.    Pemanasan  khusus  bola  basket  dalam bentuk permainan.

B.    Kegiatan  inti.  ( 60 menit )
v    Penjelasan cara melakukan latihan variasi dan kombinasi teknik melempar dan menangkap bola (chest  pass, bounce pass, over head pass, dan side pass), menggiring  bola dan menembak  ke ring  basket dengan koordinasi  yang  baik.
v    Melakukan  latihan  variasi  dan  kombinasi  teknik dasar melempar dan menangkap bola . (chest  pass, bounce pass, over head pass, dan side pass), menggiring bola dan menembak ke ring basket dengan koordinasi  yang  baik  (berpasangan maupun berkelompok)
v    Bermain bola basket dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok  (jumlah pemain, lapangan permainan, dan peraturan permainan  dimodifikasi)

C.    Kegiatan  Akhir  (15 menit)
1.    Pendinginan  (colling  down)
2.    Evaluasi,  diskusi  dan  tanya  jawab  proses  pembelajaran  yang telah dipelajari 
3.    Berbaris  dan  berdoa.

Pertemuan  ke – 4.
v    Kegiatan  awal.  (10  menit)
1.    Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi, dan penjelasan tujuan uji kompetensi
2.    Pemanasan  secara  umum
3.    Berlari  mengelilingi  lapangan  bola basket

B.    Kegiatan  inti.  ( 70 menit )
Uji  kompetensi  permainan  bola basket  yang  terdiri  dari :
v    Uji  Kompetensi  melemp-ar  dan menangkap  bola  basket
v    Uji  Kompetensi  menggiring  bola basket
v    Uji  Kompetensi  menembak  bol basket  ke  ring
v    Uji  Kompetensi  variasi  dan  kombinasi  teknik  dasar  permainan  bola basket
C.    Kegiatan  Akhir  (10 menit)
v    Pendinginan  (colling  down)
v    Evaluasi,  diskusi  dan  tanya  jawab  proses  pembelajaran  yang telah dipelajari 
v    Berbaris  dan  berdoa.

V.     Alat /Bahan/Sumber Belajar
1.    Alat  Pembelajaran.
v    Bola  basket  atau  sejenisnya
v    Lapangan  permainan  bola basket  atau  lapangan  sejenisnya
v    Ring  Basket
v    Pluit

2.    Sumber  Pembelajaran.
v    Media  Cetak.
·    Buku  pegangan  guru  dan  siswa  SMK  kelas  XI, Muhajir,  Pendidikan  Jasmani, olah raga, dan kesehatan, jakarta, Erlangga
·    Lembar  Kerja  Siswa  9LKS), Muhajir, Pendidikan  Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
·    Buku  permainan  bola basket
v    Media  Elektronik.
·    Audio/video  teknik  dasar  permainan  bola basket
·    Rekaman/cuplikan pertandingan  bola volly  (liga bola basket)
VI.     Penilaian
1.    Teknik  dan  Bentuk  Penilaian
a.    Tes  Keterampilan (Psikomotor)
Lakukan teknim dasar melempar, menangkap, menggiring, dan menembak bola ke ring basket, unsur – unsur yang dinilai adalah kesempurnaan  melakukan gerakan (penilaian proses) dan ketepatan dan kecepatan melakukan gerakan (penilaian produk/prestasi)

·    Contoh  penilaian proses teknik dasar permainan bola basket (penilaian keterampilan kecabangan).


No    Nama Siswa    Lempar tangkap                                                              
        1    2    3    4    ∑                                                           

b.   
c.   
2.   
3.

tugas kelompok I

PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUSNYA SEKOLAH DALAM PROSES PEMBANGUNAN PERADABAN BANGSA DAN NEGARA
Oleh: Kelompok I

Pendahuluan   
Perubahan di dalam semua segi kehidupan manusia dewasa ini terutama disebabkan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terjadinya perubahan besar tersebut oleh karena sumber kekuatan dan kemakmuran suatu masyarakat atau negara bukan lagi ditentukan oleh luas wilayahnya atau kekayaan sumber daya alamnya. Akan tetapi telah berpindah kepada penguasaan dan pemanfaatan-pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah peradaban baru umat manusia.
    Terdapat tiga kekuatan yang dominan yang membawa peradaban baru dewasa ini, yaitu; 1) ilmu pengetahuan, 2) teknologi sebagai penerapan ilmu pengetahuan dan 3) informasi. Ketiga-tiganya menjadi hal yang sangat penting dan menjadi penopang kemajuan dan perubahan dunia. Tiga kekuatan tersebut mau tidak mau harus diikuti dan dimanfaatkan jika suatu bangsa tidak ingin hanya menjadi sekedar penonton dan korban dari sebuah peradaban.
    Bangsa Kita bangsa Indonesia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah peradaban. Indonesia harus menjadi bangsa yang beradab dan memiliki peradaban tersendiri yang sesuai dengan karakter dan jatidirinya. Bangsa Kita tidak boleh menjadi korban dari peradaban bangsa lain. Bangsa Indonesia memiliki potensi untuk mewujudkan peradaban yang lebih elegan, santun dan berkarakter berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut pendidikan adalah jawaban paling tepat untuk mewujudkannya.
    Pendidikan memiliki peran yang sentral dalam menemukan dan mengarahkan peradaban suatu bangsa, karena salah satu prinsip pendidikan adalah pengembangan dan pembangunan umat manusia “one of education’s principal is therefore that of fitting humanity to take control of its own development. It must enable all people without exception to take their destiny into their own hands so that they can contribute to the progress of the society in which they live, founding development upon the responsible participation of individuals and communities. Dengan pendidikan akan mengajak manusia untuk berpikir kreatif dalam membangun jatidirinya sehingga menjadi jatidiri bangsa yang kuat. Soedijarto mengemukakan bahwa membangun jatidiri bangsa berarti membangun peradaban bangsa dan negara.
Pendidikan nasional diharapkan mampu melahirkan manusia Indonesia yang: 1) religius dan bermoral, 2) yang menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan, 3) sehat jasmani dan rohani dan 4) berkepribadian dan bertanggung jawab. Dengan demikian pendidikan harus mewujudkan keempat karakteristik tersebut sebagai tujuan umum dari pendidikan nasional kita. Dengan mewujudkan keempat karakteristik tersebut berarti pendidikan akan membangun suatu peradaban bangsa dan negara Indonesia.
Pembangunan peradaban bangsa harus didasari dengan pembangunan nilai-nilai moral di kalangan warga bangsa baik sebagai individu maupun kelompok. Nilai-nilai moral yang kokoh dan etika standar yang kuat amat diperlukan bagi warga bangsa untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Nilai-nilai moral suatu bangsa amat berkaitan erat dengan kekuatan bangsa itu sendiri. Sebab, nilai-nilai moral inilah yang menggerakkan warga bangsa tersebut. Oleh karena itu, semakin kokoh nilai-nilai yang dipegang warga bangsa akan melahirkan social capital, jaringan hubungan, dan norma-norma perilaku yang mengikat suatu warga bangsa yang menjiwai kehidupan bersama, dalam wujud keberadaan trust di antara sesama warga masyarakat.
Kehadiran trust ini akan menimbulkan hubungan yang saling mempercayai dalam segala aspek kehidupan. Hasilnya, kehidupan politik akan lebih santun, hubungan ekonomi akan lebih lancar, kehidupan sosial akan dijiwai dengan kebersamaan dan saling memperhatikan dan perkembangan kultur bangsa akan senantiasa dilandasi oleh semangat persatuan dan keutuhan bangsa. Oleh karena itu, pembangunan peradaban bangsa harus dimulai dengan pembangunan kembali moral bangsa Indonesia. Upaya ini bukanlah perkara mudah, oleh karena itu, nilai-nilai dasar sosial, politik, ekonomi dan kultural baru yang diperlukan membutuhkan perubahan pada otak dan hati kita. Dengan kata lain, bangsa ini memerlukan warga yang memiliki intelektual dan integritas.
Kalau ditelaah pernyataan di atas, maka hanya lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah yang mampu merubah dan mewujudkan suatu peradaban bangsa yang lebih kuat. Hal tersebut dimungkinkan mengingat di dalam sekolah akan terjadi hubungan yang mendasar antar satu individu dengan individu lain. Di sekolah akan ditemukan berbagai pengajaran bagaimana menghargai, bagaimana menumbuhkan moral dan bagaimana menumbuhkan karakter kreativitas dalam belajar bagi setiap individu.
John Dewey berpendapat bahwa the school becomes itself a form of social life, a miniature community and one in close interaction with other modes of associated experience beyond school walls. All education which develops power to share effectively in social life is moral. It forms a character which not only does the particular deed socially necessary but one which is interested in that continuous readjustment which is essential to growth. Interest in learning from all contacts of life is the essential moral interest.
Berdasarkan hal tersebut, lembaga pendidikan adalah suatu wadah yang diharapkan berperan penting dalam mewujudkan peradaban bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan lembaga pendidikan seperti sekolah harus dikembangkan dan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga menjadi sekolah-sekolah yang bermutu bagus bukan sekolah -menurut Soedijarto- yang hanya berupa gedung sekolah, tanpa peralatan, tanpa buku, tanpa lapangan olah raga dan dengan guru yang kurang profesional.
Pertanyaannya kemudian adalah mampukan sekolah sebagai lembaga pendidikan berperan dalam membangun peradaban bangsa?. Oleh karena itu, karya tulis ini akan mencoba membahas tentang lembaga pendidikan (sekolah) di Indonesia, proses peradaban bangsa dan peranan sekolah dalam proses peradaban bangsa tersebut.
Lembaga Pendidikan (sekolah) di Indonesia
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua, mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan. Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat:
1)      Pengembangan pribadi
2)      Pengembangan warga
3)      Pengembangan Budaya
4)      Pengembangan bangsa
Mengusahakan dan mengupayakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan cita-cita dari pembangunan bangsa, yang mencakup dimensi lahir batin, material dan spiritual. Pendidikan menghendaki agar peserta didiknya menjadi individu yang menjalani kehidupan yang aman dan damai dalam sebuah komunitas. Dengan demikian diharapkan pembangunan lembaga pendidikan  diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat, maka pengembangan nilai-nilai serta peningkatan mutu pendidikan tentunya menjadi tema pokok dalam rencana kerja pemerintah dalam membangun lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan di Indonesia dalam UU bisa kita klasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu: sekolah dan luar sekolah, selanjutnya pembagian ini lebih rincinya menjadi tiga bentuk:
 1). informal.
 2). formal, dan
 3). nonformal
Sebelum kita melangkah pada pembahasan lebih jauh, tentunya kita harus mengetahui peran masing-masing lembaga secara umum, ketiga klasifikasi di atas dalam pergumulannya di masyarakat memiliki peran yang berbeda-beda, lembaga pendidikan pertama, yaitu informal atau keluarga, ranah garapanya adalah lebih banyak diarahkan dalam pembentukan karakter atau keyakinan dan norma. Lembaga pendidikan kedua, yaitu formal atau sekolah, peran besarnya lebih banyak di arahkan pada pengembangan penalaran murid. Yang terakhir lembaga pendidikan ketiga, yaitu masyarakat, perannya lebih banyak pada pembentukan karakter sosial.
Ketiga pembagian di atas adalah merupakan perubahan mendasar, Dalam Sisdiknas yang lama  pendidikan informal (keluarga) tersebut sebenarnya juga telah diberlakukan, namun masih termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah, dan  ketentuan penyelenggaraannya tidak konkrit. Penjelasan dari klasifikasi tersebut adalah:
Pendidikan informal, atau pendidikan pertama adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, hal ini adalah menjadi pendidikan primer bagi peserta dalam dalam pembentukan karakter dan kepribadian.
Pendidikan nonformal, atau pendidikan kedua meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal meliputi lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah dengan mengacu pada standard nasional pendidikan. Adapun pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau ingin melengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat, yang berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Jalur formal adalah lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan: 1) umum, 2) kejuruan, 3) akademik, 4) profesi, 5) advokasi, dan 6) keagamaan. Pendidikan formal coraknya diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat. Pendidikan dasar yang merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah berbentuk lembaga sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP)  dan madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajad.
Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6 tahun diselenggarakan pendidikan anak usia dini, tetapi bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal (TK, atau Raudatul Athfal), sedangkan dalam nonformal bisa dalam bentuk (TPQ, kelompok bermain, taman/panti penitipan anak) dan/atau informal (pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Sedangkan Pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan pendidikan dasar terdiri atas, pendidikan umum dan pendidikan kejuruan yang berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajad.
Yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah, pendidikan ini mencakup program pendidikan; 1) Diploma, 2) Sarjana, 3) Magister, dan 4) Doktor. Perguruan tinggi memiliki beberapa bentuk yaitu; 1) Akademi, 2) Politeknik, 3) Sekolah Tinggi dan 4) Institut atau Universitas. Secara umum lembaga-lembaga tinggi ini dibentuk dan diformat untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, serta menyelenggarakan program akademik, profesi dan advokasi.
Semua lembaga formal di atas diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk memberikan gelar akademik kepada setiap peserta didik yang telah menempuh pendidikan di lembaga tersebut,. Khusus bagi perguruan tinggi yang memiliki program profesi sesuai dengan program pendidikan yang diselenggarakan doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni
Untuk menagulangi permasalahan yang cukup aktual dan meresahkan masyarakat saat ini, seperti pemberian gelar-gelar instan, pembuatan skripsi atau tesis palsu, ijazah palsu dan lain-lain, pemerintah telah mengatur dan mengancam sebagai tindak pidana dengan sanksi yang juga telah ditetapkan dalam UU Sisdiknas yang baru (Bab XX Ketentuan Pidana, pasal 67-71).
Pembangunan Peradaban Bangsa dan Negara
    Membangun sebuah peradaban bangsa yang baik dan kuat, bukanlah pekerjaan sederhana yang dapat dilakukan dengan sakali ayunan tangan. Karena, kekuatan-kekuatan eksternal dan tantangan globalisasi pasti akan berusaha menghambat tatanan masyarakat yang sedang dibangun tersebut. Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan.
Nelson Black dalam bukunya yang berjudul "Kapan Sebuah Bangsa Akan Mati" menyatakan bahwa nilai-nilai akhlak, kemanusiaan, kemakmuran ekonomi, dan kekuatan budaya merupakan sederet faktor keunggulan sebuah masyarakat yang humanis. Sebaliknya, kebejatan sosial dan budaya merupakan faktor penyebab kemunduran sebuah peradaban. Ia juga menulis, “Kebejatan sosial akan tampak pada pengingkaran atas konstitusi dan instabiltas ekonomi”. Edward Gibbon menilai bahwa kebobrokan moral adalah penyebab dari kehancuran sebuah peradaban. Gibbon menulis, “Menyerahnya para pejabat di hadapan penyelewengan budaya dan penyalahgunaan kekuasaan, telah menyebabkan sebuah bangsa harus takluk di hadapan bangsa lain”.
    Membangun sebuah peradaban bangsa merupakan suatu proses pembangunan yang membuat unsur keberlanjutan yang dinamis mengikuti waktu dan menaikkan kualitas hidup manusia. Manusia hidup dalam ruang lingkup sosial sebagai sebagai manusia individu dan sebagai makhluk sosial. Pembangunan peradaban terhadap kehidupan individu dan sosial manusia memuat usaha yang berkelanjutan pula dalam membangun potensi dalam dirinya. Ada lima modal utama manusia untuk membangun peradabannya;
1.    Intelektualitas yang dikembangkan melalui pendidikan, dan ini sangat penting perannya.
2.    Keterampilan yang dikembangkan melalui latihan dan pengembangan kapasitas.
3.    Jiwa rohaniah yang dikembangkan melalui pendidikan mental.
4.    Badan jasmaniah yang dikembangkan melalui makanan bergizi.
5.    Kemampuan berinteraksi antar sesama melalui kehidupan berkeluarga dan masyarakat.
Lima modal individu inilah yang akan dikembangkan manusia untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dan dapat menjadikan modal dalam membangun peradabannya. Modal individu ini tidak akan berhasil apabila tidak dibarengi dengan kemampuan atau modal sosial yang ada. Dengan demikian dalam membangun peradaban umat manusia harus diintegrasikan dengan modal sosial. Modal sosial tersebut adalah:
1.    Kemampuan berinteraksi akrab antar sesama manusia dan sesama kelompok melalui pemberdayaan masyarakat untuk bekerja sama dan berpartisipasi secara bersama-sama dalam berbagai hal sehingga menumbuhkan kohesi sosial atau pelengketan-menyatu secara sosial.
2.    Berlakunya aturan kehidupan bermasyarakat yang disepakati, diterima dan dipatuhi seperti terungkap dalam ditegakkannya aturan hukum (the rule of law).
3.    Berkembangnya etika dan moral kehidupan bermasyarakat atas dasar agama.
4.    Berkembangnya budaya sebagai ungkapan rasa hati masyarakat yang mencerminkan peningkatan kualitas sosial.
5.    Kemampuan menumbuhkan etos kerja dalam masyarakat untuk meningkatkan kualitas sosial.
Dengan adanya integrasi atau hubungan antara modal individu dan modal sosial akan terjadi sebuah relasi individu dengan individu, individu dengan kelompok sosial lainnya serta antara individu dengan lingkungannya. Dengan integrasi dan relasi yang positif tersebut menumbuhkan kesadaran untuk bertanggung jawab satu sama lain dan pada akhirnya akan membangun peradaban bangsa dan negara.
Relasi antara manusia berarti suatu relasi dari berbagai identitas dengan berbagai kemungkinannya. Perkembangan serta terbentuknya identitas seseorang di dalam relasi dari berbagai identitas dengan berbagai kemungkinannya. Perkembangan serta terbentuknya identitas seseorang di dalam relasi sesamanya hanya dapat terjadi di dalam hubungan interpersonal yang tertib dan damai. Dalam suasana damai dapat terjadi saling membantu, saling pengertian, saling mengisi, dan saling bertanggung jawab untuk perkembangan pribadi dan perkembangan masyarakat pada umumnya (peradaban).
Salah satu hal yang paling penting juga dalam pembangunan peradaban bangsa adalah menumbuhkan kebudayaan dalam diri setiap individu bangsa Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat suatu kebudayaan adalah penemuan, penyimpanan dan sebuah pemancar bagi suatu sistem yang berkembang pada zamannya yang dapat menjadi acuan dan panduan bagi pembangunan peradaban bangsa dan negara. A culture is a deviser, a repository and a transmitter of amplification system and of the devices that fit into such systems.
Kebudayaan dalam artian “budaya modern, budaya demokarsi, budaya produktif dalam iptek dan ekonomi, serta budaya dalam kesatuan Republik Indonesia (sense of national unity). Menurut Soedijarto dalam membangun negara modern yang demokratis berdasarkan Pancasila, maka seluruh warga negara haruslah warga yang rasional, demokratis dan berorientasi kepada iptek dalam mengatasi masalah kehidupan sosial, ekonomi dan politiknya. Dengan demikian membangun kebudayaan adalah sebuah keharusan untuk dapat mengefektifkan pendidikan sebagai sebuah proses peradaban.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa dalam membangun peradaban bangsa dan negara, setiap individu harus memiliki modal manusia yaitu potensi-potensi dalam berinteraksi dengan alam sekitarnya, modal sosial yaitu kemampuan lingkungan menyediakan aturan-aturan dan budaya-budaya positif yang berlaku di masyarakat dan potensi kebudayaan yang berakar dari kesatuan negara Republik Indonesia. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa ketiga hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikanlah yang dapat menumbuhkan, mengembangkan dan menjaga 3 potensi manusia tersebut sehingga dapat menjamin sebuah peradaban bangsa dan negara.
Peranan Sekolah Dalam Membangun Peradaban Bangsa dan Negara
Salah satu fungsi pendidikan secara umum yang amat penting dan strategis ialah mendorong perkembangan kebudayaan dan peradaban pada tingkatan sosial yang berbeda. Secara umum pendidikan pada level individu, membantu mengembangkan potensi dirinya menjadi manusia yang berakhlak mulia, berwatak, cerdas, kreatif, sehat, estetis serta mampu melakukan sosialisasi dan transformasi, dari manusia pemain menjadi manusia pekerja dan dari manusia pekerja menjadi manusia pemikir. Pada level yang lain pendidikan juga menimbulkan kemampuan individu menghargai dan menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka dan demokratis. Dengan demikian semakin banyak orang yang terdidik baik, maka semakin dapat dijamin adanya toleransi dan kerjasama antar budaya dalam suasana yang demokratis,yang pada gilirannya akan membentuk integrasi budaya nasional dan regional.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan harus diarahkan pada fungsi dan peranan tersebut. Sekolah harus mampu menjadi a miniature community. Sebuah miniatur dari sebuah komunitas yang mengajarkan anak didiknya untuk berinteraksi dengan sesama manusia. Anak didik akan saling bertindak dan bertanggung jawab terhadap tindakannya. Memiliki kepedulian terhadap teman-temannya dengan sikap toleransi tanpa membeda-bedakan antara ras, agama dan suku. The purpose of the education to be provided for all is to promote the full development of the human personality, and to promote respect for human rights, tolerance and understanding. Education for all without discrimination by sex, age, ethnicity or religion, remains a cornerstone in the historical struggle to lay the foundations.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bersifat massal, sebagai lembaga sosial, muncul bersamaan dengan proses industrialisasi yang mengakibatkan terjadinya urbanisasi, vokasionalisasi, spesialisasi, serta mendorong orang tua meninggalkan anak untuk bekerja. Akibatnya, orang tua tidak memiliki waktu untuk mendidik anak-anaknya. Dengan demikian, sekolah sangat berperan dalam mengambil alih tugas orang tua. Sekolah harus ditata sedemikian rupa sehingga fungsinya sebagai pendidik yang menyiapkan kebutuhan anak didik akan terwujud. Sekolah mesti memiliki guru yang profesional, gedung permanen, perlengkapan belajar, metode pembelajaran, perangkat kurikulum dan tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai, seperti yang dikemukakan oleh Cohen “specialized personnel, permanent physical structure, special apparatus, formal and stereotyped means of instruction, a curriculum and rationality defined manifest objectives”.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses membangun peradaban bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus selalu bertumpu pada konsep pertumbuhan, pengembangan, pembaharuan, dan kelangsungannya sehingga penyelenggaraan pendidikan harus dikelola secara profesional. Mengingat pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam proses pembangunan peradaban bangsa, maka bidang pendidikan perlu anggaran yang cukup.
Sekolah mesti diberikan sarana dan prasarana yang memadai yang dapat mengembangkan kreatifitas anak didiknya. Perpustakaan, laboratorium IPA dan Bahasa serta kebun botani adalah kebutuhan yang harus diadakan dalam sekolah. Selain itu, halaman yang cukup untuk bermain serta lapangan olahraga juga sangat dibutuhkan bagi sebuah sekolah. Hal tersebut akan menumbuhkan sikap kreatifitas, sikap ingin mengetahui dengan mengadakan penelitian serta sikap seni dan olahraga akan terbangun. Dengan demikian anak didik akan memiliki sense of problem finding dan bukan sekedar problem solving.
Ada tiga hal yang akan dibangun oleh sekolah, yaitu; research and development, unpredictable service and the arts. Kemampuan pertama adalah kemampuan dalam meneliti dan mengembangkan artinya bahwa masyarakat terdidik tidak hanya sekedar melakukan tugas-tugas rutin yang ada tapi mampu mencari atau menemukan masalah yang terjadi dan mampu untuk memecahkannya. Kedua, kemampuan untuk memberikan pelayanan tak terduga, yaitu memberikan bantuan dengan segera kepada semua individu yang membutuhkan karena di masa yang akan datang manusia akan saling membutuhkan. Ketiga adanya kemampuan atau rasa seni yang tinggi dalam segala tindakan sehingga tindakan yang dilakukan dapat dinikmati secara batiniah.
Dengan sekolah yang bermutu, berbagai fasilitas yang dibutuhkan akan menciptakan pendidikan sebagai a miniature of community tanpa ada diskriminasi sehingga interaksi antar individu dengan berbagai budaya di dalamnya akan berlangsung dengan damai dan penuh tanggung jawab. Selanjutnya, pembangunan manusia yang produktif yang berakhlak mulia, cerdas, sehat dan memiliki sikap yang terbuka dan demokratis dapat terwujud. Individu-individu yang demikian akan menumbuhkembangkan pembangunan peradaban bagi negara dan bangsa sehingga bangsa Indonesia akan memiliki peradaban sendiri sesuai dengan karakter dan jatidiri bangsa.
Pernyataan di atas sesuai dengan rekomendasi World Summit for Social Development di Kopenhagen yaitu; the participants committed themselves to promoting universal and equitable access to quality education, and ensuring for all the highest standards of physical and mental health as well as primary health care. They declared that they would make particular efforts to rectify inequalities realting to social conditions, without distinction as to race, national origin, gender, age or disability. They also pledged to respect and promote the cultures common to all of them and those specific to each them, to strengthen the role of culture in development, to preserve the essential bases of human-centered, sustainable development, and to contribute to making the most of human resources and to social development. The aims must be to eradicate poverty, promote full and produktive and foster social integration.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan, khususnya sekolah, sangat berperan dalam membangun peradaban bangsa dan negara. Sekolah adalah tempat pertumbuhan, pengembangan, pembaharuan, dan kelangsungan kehidupan sosial masyarakat. Di sekolah individu-individu akan terbentuk dengan potensi yang dimilikinya. The school has the function also of coordinating within the disposition of each individual the diverse influences of the various social environments into which he enters. Pada akhirnya nanti akan terwujud manusia yang mampu belajar sesuai dengan empat pilar pendidikan, yaitu; learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.
    Learning to know berarti menekankan pada peran pendidikan untuk menumbuhkan keingintahuan masyarakat untuk mencari dan menjadi peneliti pada semua hal, bukan hanya sekedar penyadur dari hasil pengetahuan orang lain, tapi menjadi penemu dari sebuah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, masyarakat diajak untuk belajar dan berpikir. Belajar dan berpikir tentang makna manusia Indonesia seutuhnya sehingga memiliki pengetahuan yang jelas tentang hal tersebut.
    Learning to do menekankan pada kemampuan penguasaan bidang tertentu sehingga relevansi pendidikan dapat terwujud. Sebagaimana diketahui bahwa kemajuan iptek dan globalisasi sedang terjadi sekarang ini, dengan demikian membangun masyarakat seutuhnya berarti mewujudkan masyarakat yang menguasai iptek dan mampu bersaing di tengah dunia kerja yang sangat sedikit dan penuh persaingan. Oleh karena itu, dalam hal ini tujuan pendidikan tentang penguasaan iptek dan keterampilan perlu dimanifestaikan.
    Learning to live together menekankan pada kemampuan untuk dapat hidup bersama dengan semua makhluk yang ada. Ditengah masyarakat dunia, perbedaan pasti sering dialami, baik karena perbedaan, suku, ras, agama dan lain-lain sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, pendidikan sangat berperan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan yang ada walaupun dengan berbagai perbedaan. Pendidikan harus menekankan perbedaan sebagai sebuah sumber kebersamaan bukan permusuhan. Dengan berbagai perbedaan kita akan dapat membangun bangsa yang lebih kuat dan maju yang dipersatukan dalam sebuah pendidikan kebangsaan yaitu bangsa Indonesia.
    Learning to be menekankan pada kemampuan untuk menjadi manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya yang memiliki kepribadian mantap, kemantapan emosional dan intelektual. Learning to be berarti menjadi manusia yang paripurna yang dapat mengaplikasikan tujuan pendidikan yang sudah dijalani. Manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, inilah manusia Indonesia yang seutuhnya (be Indonesian) yang mampu membangun peradaban bangsa Indonesia.
Penutup
    Pendidikan adalah usaha sadar dalam membentuk manusia yang cerdas. Cerdas dalam artian memiliki sikap religius dan bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani dan berkepribadian serta bertanggung jawab. Dengan demikian sekolah sebagai bagian dari pendidikan harus dikembangkan berdasarkan tujuan tersebut.
    Sekolah yang ideal adalah sekolah yang memiliki fasilitas yang memadai, guru profesional, gedung permanen dengan halaman dan lapangan olahraga, perlengkapan belajar termasuk perpustakaan dan laboartorium, metode pembelajaran, perangkat kurikulum dan tujuan-tujuan pendidikan. Dengan kondisi demikian bisa diharapkan sebuah lembaga pendidikan yang mampu menumbuhkan, mengembangkan, dan menjaga kelangsungan kehidupan sosial masyarakat yang akhirnya mampu membangun peradaban bangsa dan negara.
    Peradaban dibentuk bukanlah sesuatu yang mudah dan sebentar untuk dibentuk. Peradaban butuh tenaga, kemauan dan waktu untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, pemerintah dan semua elemen masyarakat termasuk kalangan pendidikan harus memiliki kemauan dan kerja keras yang memadai. Peradaban bangsa Indonesia akan terwujud sesuai dengan karakter dan jatdiri bangsa Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Uhbiyati Nur, 2002, Ilmu pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Anwar, http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Sisdiknas

Bruner, Jerome S., 1973, The Relevance of Education, Toronto, Canada.

Delors, Jacques et.al, 1996, Learning: The Treasure Within, The Report to UNESCO of International Commission for The Twenty-First Century, Paris: UNESCO.

Dewey, John, 1964, Democracy and Education, New York: The Macmillan Company.

Power, Colin, 2006 Towards a Global Community: Educating for Tomorrow’s World; Global Strategic Directions for The Asia-Pasific Region, Netherlands: Springer.

Prayitno, Irwan, http://armanbelajar.multiply.com/journal/item/182

Salim, Emil, Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional Dalam Mewujudkan Peradaban Bangsa, dalam buku Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru: 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Jakarta: Grasindo.

Soedijarto, 2008,  Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Soedijarto, 2010, Pendidikan Nasional dan Pembangunan Kebudayaan dan Karakter Bangsa (Jatidiri Bangsa) dan Implikasinya Terhadap Sistem Kurikulum dan Proses Pembelajaran, Makalah, disajikan dalam “Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”, Jakarta: Depdiknas.

Tilaar, H.A.R., 2002,  Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif Untuk Indonesia, Jakarta: PT. Grasindo.

Tilaar, H.A.R., dan Riant Nugroho, 2009, Kebijakan Pendidikan: Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zamroni, 2002, Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional Dalam Mewujudkan Peradaban Bangsa, dalam buku Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru: 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Jakarta: Grasindo.
Mata Kuliah    : Aspek Poleksosbud Dalam Pendidikan
Dosen     : Prof. Dr. Soedijarto, M.A.


PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUSNYA SEKOLAH DALAM PROSES PEMBANGUNAN PERADABAN BANGSA DAN NEGARA













Oleh:
Kelompok I
1.    Ridwan Idris
2.    Hendra Kusuma
3.    Sholehuddin
4.    Rozia Halisa
5.    Syamsuri
6.    Khalilah


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM DOKTOR (S3)
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2010

Mencegah Impotensi

Mencegah dan Menyembuhkan Impotensi
29 August, 2008 - 22:10 WIB | Oleh : MA
Ketika anda berusia dua puluh tahunan, tidak sedikitpun terpikirkan oleh anda tentang kesulitan mendapatkan ereksi. Kini, usia anda telah mencapai 40 tahun dan hasrat seksual dan kemampuan penis anda tidak lagi sebaik sebelumnya.
Tidak mengherankan bila anda menjadi cemas, ketakutan dan tertekan, karena kini terbukalah kemungkinan bahwa anda akan bergabung dengan entah berapa puluh juta lelaki lain yang oleh dokter dinyatakan mengidap impotensi. Artinya, mereka tidak bisa mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk bersenggama sampai 75 persen dari seluruh kesempatan yang ada.

“Banyak pria yang lebih mampu mengatasi kehilangan sebelah kaki daripada mengatasi impotensi,” tutur Dr. Crenshaw.
Akan tetapi dalam kenyataan, hanya sedikit pria dalam usia tiga puluh dan empat puluhan mengalami impotensi, dan banyak hal yang dapat anda perbuat untuk mengusahakan agar anda tidak mengalaminya. Bahkan apabila anda impoten, peluang untuk disembuhkan masih ada.
Jaga Kondisi Tubuh
Impotensi, dahulu dipandang sebagai sebuah masalah psikologis. Sekarang para Dokter percaya bahwa setidaknya ada tujuh di antara sepuluh kasus impotensi disebabkan oleh penyebab fisik, seperti penyakit Diabetes, gangguan kelenjar gondok, aterosklerosis, atau cedera pada penis.
Selain itu, obat-obatan tertentu, konsumsi alkohol berlebihan, merokok dan faktor-faktor psikologis seperti depresi, stres, dan kecemasan dalam pekerjaan dapat memperumit masalah ereksi penis.
“Inti dari masalah Impotensi adalah apa pun yang menghentikan aliran darah ke penis anda akan memperkecil peluang anda untuk mendapatkan ereksi”, kata John Mulcahy, M.D., dosen urologi di Indiana University Medical Center di Indianapolis.
“Akan tetapi jika anda merawat diri dengan baik, anda dapat tetap sehat, tetap bergairah, dan tetap mampu berhubungan seks hingga usia lanjut”, kata Joseph Khoury, M.D., spesialis urologi yang praktek swasta di Bethesda, Maryland.
“Menurut teori, tidak ada alasan bahwa kemampuan seksual anda akan berubah karena usia anda bertambah,” kata Dr. Khoury, yang kenal dengan sejumlah pria berusia delapan puluhan yang masih berhubungan seks tiga kali dalam seminggu. Ada satu hal yang sama pada mereka: Mereka merawat diri lebih balk daripada kebanyakan pria lain.
Berikut ini beberapa cara untuk menjaga agar alat vital anda dapat terus berfungsi dengan baik.
Berhenti Merokok
Merokok mempercepat pembentukan endapan-endapan dalam arteri jantung, maka tidak sulit untuk percaya bahwa proses yang sama dapat terjadi pada pembuluh-pembuluh darah yang memasok darah ke penis. Sesungguh saat ini, merokok telah dipandang sebagai faktor utama dalam masalah ereksi, dan aksi pertamanya dimulai ketika usia anda menginjak 40 tahun. Maka jika anda merokok, berhentilah, saran Dr. Crenshaw.
Berlarilah ke tempat olahraga, jangan berjalan. Semakin bugar tubuh anda, semakin sering anda mampu berhubungan seksual, kata sebuah studi yang diterbitkan dalam Archives of Sexual Behavior.
Dalam studi itu, yang diselenggarakan di University of California, San Diego, 78 pria sehat tetapi tidak aktif mulai berlatih aerobik tiga hingga lima hari dalam seminggu, masing-masing selama satu jam. Selama penelitian itu, tiap orang menulis buku harian tentang kegiatan seksual mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa kehidupan seks para pelaku aerobik itu sangat meningkat. Sementara itu, kehidupan seks mereka yang hanya berjalan-jalan santai hanya berubah sedikit.
“Tidak peduli jenis aerobik mana yang anda pilih, yang penting anda mengerjakannya, paling tidak tiga kali dalam seminggu dan tiap kali berlangsung selama dua puluh menit. Berlari, berenang, dan bersepeda merupakan pilihan-pilihan yang baik”, kata Dr. Crenshaw.
Kurangi Lemak
Dalam hal makanan, yang penting adalah membatasi asupan lemak anda. Sekali lagi logika mengatakan bahwa yang baik untuk arteri pemasok darah ke jantung juga akan baik untuk arteri pemasuk darah ke penis.
Dr. Khoury percaya bahwa diet untuk menjadi pria perkasa adalah diet rendah lemak, dengan hanya 20 persen kalori berasal dari lemak. Apabila anda makan 2500 kalori per hari, berarti batas asupan lemak anda adalah sekitar 50 gram. Untuk mulai dengan arah yang benar, bacalah label makanan yang anda beli, cari produk-produk miskin lemak dan tanpa lemak, hindari gorengan, pindah ke susu skim dan makan cukup buah-buahan dan sayuran segar setiap hari, ditambah kira-kira 75 gram ikan, daging ayam, atau daging merah tanpa lemak.
Rampingkan pinggang anda. Kelebihan timbangan dapat menyebabkan panjang penis anda berkurang. Penelitian tidak resmi terhadap sejumlah pria kegemukan oleh Dr. Mulcahy menunjukkan bahwa sampai batas tertentu, seorang pria yang kegemukan akan mendapatkan kembali dua setengah cm penisnya untuk setiap 17 kilogram berat badan yang disingkirkannya. Ini insentif yang tidak buruk bagi seseorang yang betul-betul kegemukan. Akan tetapi yang jelas, mempertahankan berat tubuh yang ideal akan mengurangi risiko tekanan darah tinggi dan diabetes, karena keduanya dapat merusak kemampuan ereksi anda.
Cermati obat yang anda pakai. Ratusan obat dapat menyebabkan impotensi sebagai efek samping, termasuk diuretik, penurun darah tinggi lain, beberapa obat antidepresi, dan antipsikotik. Tanyakan kepada dokter atau apoteker apakah obat yang anda minum dapat membuat anda bermasalah.
Hindari Alkohol
Alkohol adalah depresan yang berfungsi memperlambat refleks, termasuk dalam olah seksual. Di samping merusak kemampuan seksual secara langsung, alkohol, bila dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka panjang, dapat berpengaruh langsung terhadap testis, mengurangi produksi hormon testosteron pria dan mengganggu keseimbangan hormon-hormon dan bahan-bahan kimia otak yang diperlukan untuk menghasilkan ereksi, padahal keseimbangan itu rentan sekali.
Batasi diri hanya dua kaleng bir atau segelas anggur sehari, kata Saul Rosenthal, M.D., direktur Sexual Therapy Clinic of San Antonio di San Antonio, Texas, dan pengarang Sex Love. Apabila anda mengalami masalah seksual, berhentilah minum selama tiga bulan untuk mengetahui apakah ini ada gunanya.

Observasi prof. cipto

          
                              

                                UJIAN ACHIR SEMESTER       

                                         OBSERVASI 


DOSEN : PROF.DR. SUTJIPTO          
MATA KULIAH : MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI


                                      
HENDRA KUSUMA
NIM : 7617090822 S 3 MPB
                               PROGRAM PASCASARJANA
                           UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
TAHUN 2010

KATA PENGANTAR
       
        Pendidkan Kepemudaan merupakan pendidikan yang diselenggaraka kan  untuk  mempersiapkan  kader pemimmpin  bangsa, kader  pemimpin bangsa  yang  berkualitas, berdedikasi  tinggi dan memiliki visioner  untuk berkomitmen  bersama  membangun bangsa  dan  membebaskan  bangsa dari  keterpurukan  bangsa  karena  memperebutkan  kepentingan  sesaat Selama ini  kader pemimpin berkutat bersama memperebutkan kekuasaan dan berorientasi pada bidang legislative, hal itu terlihat bagaimana para ka der partai dengan berbagai dalih  mempertahankan kebenaran yang semu membela kawan mereka yang tersangkut  korupsi ,kolusi  dan  nepotisme yang berujung pada penuntutan di pengadilan. Akan tetapi  mereka tetap  membela dengan berbagai cara, bagaikan menarik rambut di dalam  tepu ng dan berusaha agar tepung  tersebut  tidak ada yang berubah  di posisi semula. Meskipun sudah menjadi trend  dalam dunia politik,  kebeminatan pemuda tetap tertuju pada badan legislatip, karena lembaga tersebut men janjikan  status social yang tinggi  bagi  yang  beruntung  berada di dalam lingkaran tersebut. Untuk  itulah  pendidikan pemuda  harus memiliki tero bosan  baru  dengan  cara mengarahkan   pendidikan  kepemudaan  pada bidang-bidang yang memerlukan  generasi-generasi baru  untuk bisa men transformasikan  Inovasi  baru dalam bidang-bidang  yang belum tergarap oleh pemuda.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar         i
Daftar Isi          ii

BAB I     PENDIDIKAN               1
A.    Pengertian Pendidikan          1   
B.    Kepemudaan      ………………………………………………………..   4
C.    Masalah Pemuda          6   

BAB II     BENTUK PENDIDIKAN KEPEMUDAAN           10
A.    Organisasi Kepemudaan        10   
B.    Organisasi Kewirausahaan       13   
C.    Organisai Olahraga        15   

BAB III     PENUTUP        16   
A.    Daftar Kepustakaan        16   

BAB I 
PENDIDIKAN

A.    Pengertian Pendidikan
Kamus bahasa Indonesia 1991, 231 menjelaskan pendidikan berasal dari kata didik. Lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi mendidikan artinya memelihara dan memberi latihan.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas mengatakan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam bahasa Yunani pendidikan berasal dari kata pedagogi, yaitu kata paid artinya anak sedangkan. Agagos artinya membimbing secara umum pedagogi artinya ilmu dan seni mengajar anak.
Prof. H.A.R. Tilaar dalam kredi pendidikan mengatakan pendidikan adalah suatu proses mansuawi berupa tindakan komunikatif. Dialogis tranformatif antara peserta didik dan pendidik yang bertujuan etis yaitu membantu pengembangan kepribadian peserta didik. Selurunya dalam konteks lingkungan alamiah dan kebudayaan yang berkeadaan.

Dari empat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses yang wajar dan terencana secara sistematis antara pendidikan dan siswa yang berlangsung secara dialogis dan memiliki norma dan kaidah yang baku.
Dalam proses pendidikan itu sendiri membutuhkan kesadaran dan kesabaran dari pendidik dan siswa karena proses pendidikan tidak seperti menumpahkan teko ke dalam gelas untuk diminum yang langsung begitu saja bisa menampung air dan siap untuk diisi ke dalam tenggorokan yang sedang haus-hausnya.
Proses pendidikan merupakan aktivitas dialogis yang intensional mempunyai tujuan terhadap pendidikan itu sendiri. Tetapi didalam proses pendidikan. Hal ini bukan berarti proses pendidikan tidak mempunyai tujuan sama sekali namun proses pendidikan mempunyai tujuan di dalam dirinya sendiri dan tidak di tentukan oleh tujuan dari luar pendidiakn.
Tujuan pendidikan itu pertama-tama terletak pada kebutuhan pribadi siswa yang merupakan manusia baru di mana sebagai pribadi yang sedang berkembang yang membutuhkan ilmu pengetahuan keterampilan, kepribadian, pandangan kedepan dan teknologi informatika, karena dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas di harapkan akan mendapat masukan-masukan yang akan membentuk sikap dan kepribadian siswa tersebut menjadi lengkap sebagai manusia Indonesia dan kompeten di bidangnya. Dalam prosesnya nanti akan terjadi dialog-dialog dengan teman sebayanya baik dia pria atau pun wanita juga dengan orang dwasa baik orang tuanya di rumah ataupun guru dan dosen. Dialog-dialog itulah yang dibutuhkan siswa sebagai makhluk sosial karena tanpa sesamanya dia tak akan dapat berkembang sebagai manusia yang memiliki pendidikan.
Dalam perkembangan kepribadinnya siswa akan mendapatkan masukan-masukan yang berupa tindakan-tindakan positif dan negatif. Dalam hal ini siswa di tuntut untuk berpikir secara rasional mana yang baik untuk dirinya dan mana yang tidak baik untuk dirinya.
Rangsangan yang berasal dari manusia jelas merupakan hasil dari kesadaran rasio manusia. Sehingga dia dapat mengembangkan rangangan-rangsangan tersebut untuk pengembangan dirinya sendiri dari dunia alamiah akan disaring dan digunakan untuk pengembangan kepribadiannya sendiri, tindakan-tindakan yang berasal dari pendidik maupun dari peserta didik yang kesadarannya semakin berkembang seluruhnya mempunyai nilai-nilai etis.
Bagi manusia proses pendidikan wajib menggunakan akal dengan memiliki potensi yang tersedia di sekitarnya untuk pengembangan kepribadiannya. Sesuai dengan perkembangan akalnya, tindakan yang bernilai etis merupakan hasil dari perkembangan rasionya. 

B.    Kepemudaan
Pada dua periode kepresidenan di Indonesia yang lalu akan sulit melihat pemuda tampil ke depan sebagai pelpor ataupun sebagai inisiator untuk mengemukakan pendapat ataupun sekedar memberi masukan kepada pemerintah atapun pada anggota DPR/MPR yang kala itu sebagian besar adalah orang yang berkuasa penuh dengan mewakili suatu generasi dimana generasi itu tidak pernah merasa terwakili. Hal itu disebabkan persepsi yang di setujui oleh pemerintah dan para anggota dewan yang terhormat mengganggap pemuda Indonesia belum memiliki batasan yang jelas sehingga sah-saha saja perwakilan pemuda Indonesia yang bergerombol melakukan study banding dalam rangka pertukaran pemuda di luar negeri. Adalah lebih banyak dari anggota perwakilan negara peserta lainnya masih bisa di panggil sebagai “om” ketimbang di panggil dengan sebutan akrab “friends” bahkan ketua rombongan pemuda lebih pantas di panggil granf father ketimbang di panggil father itu sendiri.
Sejak di terbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 pada paragraf 3 Bab IV Pasal 100 menjelaskan bahwa program pendidikan kepemudaan memberikan layanan pendidikan kepada warga masyarakat yang berusia antara 16 (enam belas) tahun sampai 30 (tiga puluh) tahun. Batasan tentang pemuda ini memperjelas kesimpang siuran tentang berapa usia seseorang yang disebut sebagai pemuda.
Untuk itu pada pasal ayat 2 di jelaskan pula program pendidikan kepemudaan yang berfungsi mengembangkan potensi pemuda dengan penekanan pada :
a.    Penguatan nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia
b.    Penguatan wawasan kebangsaan dan cinta tanah air.
c.    Penumbuh kembangan etika, kepribadian dan estetika.
d.    Peningkatan wawasan dan kemampuan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi seni atau olah raga.
e.    Penumbuhan sikap kewirausahaan, kepemimpinan, keteldanan dan kepeloporan.
f.    Peningkatan keterampilan korelasional.
Dengan ada batasan yang jelas mengenai umur pemuda maka pemuda Indonesia bisa mengirimkan utusanya sesuai dengan umur dan bisa berkarie di bidang politik sebagai anggota legislatip meskipun berbeda partai, namun inti keterwakilan pemuda di dunia politik sudah terlealisir itu dibuktikan dengan banyaknya anggota legislative yang berasal dari kalangan pemuda.

C.    Masalah Pemuda
Tidak ada suatu periode pun dalam perkembangan manusia yang tidak mempunyai masalah, demikian juga pada masa muda. Bahkan bisa jadi puncak dari masalah seseorang harus diputuskan pada masa muda ini, seperti untuk menetapkan suatu pekerjaan, keputusan untuk berumah tangga, dan lain sebagianya. Belum lagi masalah-masalah yang berkaitan dengan pergaulan di sekitarnya, khususnya dengan teman-teman sebayanya.
Masalah yang dihadapi pemuda ini bukan hanya datang dari pemuda itu sendiri, melainkan juga dari luar dirinya, yaitu dari lingkungan sekitarnya. Dari dalam dirinya masalah bisa timbul dari segi fisik dan non fisik. Dari sisi fisik misalnya, pertumbuhan dan perkembangan badannya merupakan masalah tersendiri bagi pemuda, sebagai contoh persolana yang menggangu para remaja adalah perkembangan seksualnya. Permulaan masa remaja bisanya ditandai oleh kematangan seksualnya, dalam arti organ-organ seksualnya dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengembangkan keturunan. Pada remaja putri ditandai dengan menstruasi, sedangkan pada pria ditandai dengan air maninya sudah cukup matang. Di samping itu perubahan-perubahan lainnya juga muncul diantaranya badan bertambah tinggi dengan cepat, pada pria suara membesar, timbul jakun, dan otot-otot mulai tumbuh. Sedangkan pada wanita, dada dan pinggul mulai membesar, dan lain sebagainya. Perkembangan yang begitu cepat ini menuntut penyesuaian tingkah laku tidak dapat mengimbangi kecepatan pertumbuhan, karena itu sering kita jumpai remaja tingkah lakunya serba canggung, badannya sudah besar, akan tetapi perbuatannya masih seperti anak kecil,16 karena itu sering disebut pemuda kenakan-kenakan. Persoalan ini sering dijumpai di sekitar kita.
Di lihat dari sisi kegamaan, nampanya pemuda juga tidak terlepas dari masalah ini, seperti yang kita lihat dewasa ini, fenomena krisis keagamaan di kalangan masyarakat khususnya para pemuda kian terlihat. Indikasinya adalah sikap mental dan perilaku mereka yang tidak mencerminkan nilai-nilai keagamaan. Banyak perilaku-perilaku sosial yang menyimpang dilakukan oleh pemuda, sebut saja sex bebas, penggunaan narkoba, kenakalan remaja, seperti tawuran, pergaulan bebas, penodongan di kendaraan-kendaraan umum dan masih rendahnya tingkat keberagaman pemuda serta berbagai tindak kejahatan yang lainnya. Hal ini tentunya telah mengindikasikan bahwa serang terjadi krisis keagamaan atau bahkan krisis mental spiritual di kalangan pemuda itu sendiri.
Dalam pandangan agama, secara fitrah manusia mempunyai potensi atau kecendrungan untuk beragama, sebab hal itu sudah diikrarkan manusia sebelum lahir ke dunia ini. Akan tetapi bagaimana agama dapat menjadi bagian yang selalu terpatri dalam setiap tingkah laku manusia, tentunya akan sangat terkait dengan lingkungan sekitarnya, dan lingkungan pertama dan utama dalam menanamkan nilai kegamaan pada seseorang adalah keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan nilai sosial budaya. Lingkungan-lingkungan tersebut memiliki peran signifikan dalam pembentukan pola-pola keberagaman di kalangan pemuda.
Kualitas keberagaman seseorang (pemuda/remaja) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : rumah tangga, lingkungan tempat tinggal, teman bergaul, lingkungan sekolah, nilai sosial budaya, informasi dan sistem sosialisasi ajaran agama melalui dakwah dan lain sebagainya.
Dalam hal ini perkembangan agama pada pemuda/remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan ini menurut W. Starbuck (dalam Jalaluddin, 2001 : 74) adalah sebagai berikut :
a.    Pertumbuhan pemikiran dan mental
b.    Perkembangan perasaan
c.    Pertimbangan sosial
d.    Perkembanganmoral
e.    Sikap dan minat
Sikap keagamaan pemuda dalam kasus ini berupa pandangan atau kecendrungan mental yang dalam bentuk pemuda bereaksi yang bersifat positif atau negatif yang tercakup dalam asapek kognsi (pemikiran), afeksi (sikap) dan konasi (kecendrungan untuk berbuat) terhadap dimensi-dimensi keagamaan yang mencakup keyakinan dan pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Yang perlu dikembangkan lebih lanjut bagi pemuda adalah masalah pertumbuhan pemikiran dan mental, hal ini terkait dengan sikap dan minat dimana pemuda-pemuda Indonesia diarahkan untuk banyak-banyak menuntut ilmu kesegala penjuru dunia, seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa Negara di Asia seperti Jepang, Korea selatan dan China yang  hasilnya adalah sungguh diluar dugaan. Sekembali mereka menuntut ilmu di berbagai Negara maju, mereka mengamalkan ilmu  mereka untuk membangun negeri mereka, dan sekarang terbukti ke tiga Negara tersebut merupakan Negara termaju di Asia dan menjadi saingan kuat bansa-bangsa  Eropa  di bidang Iptek dan perdangangan. Pemerintah Indonesia seharusnya tanggap akan hal ini dengan cara memberikan peluang untuk menuntut ilmu pada semua pemuda diseluruh pelosok negeri dengan memberikan biaya sekolah gratis pada setiap penduduk Indonesia dari sabang sampai Merouke dan juga mengirimkan pemuda-pemuda  cerdas ,memiliki nasionalisme tinggi dan visioner untuk belajar diluar negeri sesuai dengan bakat dan bidang yang disukainya                           i                                           BAB II
BENTUK PENDIDIKAN KEPEMUDAAN

A.    Organisasi Kepemudaan
Dengan Jumlahnya yang mencapai 80.659.718 jiwa atau sekitar 37.2% dari penduduk Indonesia secara keseluruhan, pemuda merupakan salah satu kekuatan terbesar bagi bangsa Indonesia. Jumlah ini merupakan populasi yang sangat besar, karena itu pemuda memiliki posisi yang strategis bagi bangsa Indonesia.
Dengan Jumlah sebesar itu, pemuda terbagi dalam berbagai organisasi baik organisasi kepemudaan seperti KNPI yang telah tersusun rapi dari tingkat pusat hingga ke daerah maupun yang lainnya. Kita bisa melihat banyak pemuda-pemuda yang berkpirah pada organisasi kesehatan, organisasi bisnis, organisasi sosial, organisasi keagamaan dan lain sebagainya. Kita juga bisa melihat banyaknya organisasi-organisasi yang anggotanya merupakan pemuda, misalnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Resimen Mahasiswa (RM) Palang Merah Remaja (PMR), dan lain sebagainya.
Banyaknya organisasi yang dihuni oleh para pemuda menunjukkan adanya dinamisasi aktifitas organisasian pemuda. Di samping itu, hal ini juga menujukkan bahwa para pemuda dapat menjadi suatu kekuatan besar dengan berbagai organisasi yang diikutinya. Akan tetapi kondisi ini tentunya tidak bisa hanya dibiarkan, tentu akan lebih baik jika dikembangkan agar lebih besar dan bermanfaat bagi pemuda itu sendiri, terutama dalam mentransformasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Di samping itu, banyaknya pengangguran di kalangan pemuda juga semakin menunjukkan bahwa perlu adanya upaya-upaya strategis untuk melakukan pengembangan organisasi-organisasi kepemudaan. Hal ini penting mengingat bahwa dewasa ini banyak pemuda yang nampaknya lebih menyukai organisasi-organisasi yang hanya untuk kepentingan sesaat dengan mengabaikan aspek pengkaderan sebagai upaya penyiapan pemuda untuk menjadi penerus dan pemimpin di masa mendatang.
Ada beberapa pertimbangan yang menjadi alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan organisasi kepemudaan, di antaranya :
1.    Jumlah pemuda yang sangat besar bahkan mencapai 80.659.718 atau sekitar 37,2 % dari penduduk Indonesia secara keseluruhan. Tentu Jumlah tersebut merupakan potensi besar yang akan sangat bermanfaat jika peran aktifnya dimaksimalkan.
2.    Banyaknya pengannguran di kalangan pemuda, persoalan pengangguran dikalangan pemuda sebenarnya sudah merupakan persoalan terus berlarut, bahkan setiap tahun Jumlah pengangguran semakin bertambah. Hal ini patu menjadi renungan bersama, karena hal ini menunjukan bahwa pengetahuan dan keterampilan (skill) pemuda ternyata masih rendah, apakah hal ini dsebabkan oleh tidak seuainya program pendidikan tuntuan dan kebutuhan masyarakat,  atau minimnya program-program pemberdayaan pemuda balk dan pemerintah maupun dan kalangan swasta.
3.    Banyaknya minat pemuda pada organisasi-organisasi di luar organisasi kepemudaan seperti forum-forum dan lembaga swadaya masyarakat. Hal ini patut menjadi perhatian karena pada organisasi-organisasi tersebut kurang memerhatikan aspek pengkaderan atau regenerasi. Oraganisasi-organisasi tersebut bahkan muncul reaktif dan banyak diarahkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu seperti proyek dan lain sebagainya. lni menunjukkan bahwa di kalangan pemuda terdapat pemikiran-pemikiran pragmatis yang lebih diorientasikan pada aspek ekonomi. Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi di kalangan pemuda perlu mendapat perhatian serius dan berbagai kalangan.


B.    Organisasi Kewirausahaan
   
    Wirausaha merupakan individu yang sangat spesifik dalam perilakunya,  ada tiga peranan yang menonjol dari seorang wirausahawan yakni : Pertama wirausahawan sebagai innovator dimana seorang wirausahawan selalu mencari kombinasi sumber daya dalam menjalankan usahanya. Kedua wirausahawan sebagai individu yang mencari  peluang menguntungkan. Ketiga wirausahawan menyukai resiko. Bentuk pendidikan kewirausahaan pada pemuda Indonesia adalah hal yang sangat cocok, karena peran yang dibutuhkan para pemuda adalah mencari jati  diri  sebagai wirausaha, dalam hal ini jika seorang wirausaha memulai usaha baru dengan produk baru maka ia dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut, yaitu peranan sebagai Inovator,Sebagai pencari peluang dan suka akan resiko. Berkaitan dengan bakat dan karakteristik yang khas dari kalangan wirausahawan, proses menjadi wirausahawan  sangat dipengaruhi oleh factor manusia dan intuisinya, masyarakat dan budaya dimana wirausahawan tersebut berasal. Semangat wirausahawan berasal dari semangat individu itu sendiri yang tercermin dengan jelas dalam menghadapi ketidakpastian dan persaingan.

C.    Organisasi Olahraga

Kata organisasi mempunyai dua pengertian umum, pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional seperti organisasi perusahaan, perwakilan pemerintah atau suatu kumpulan olahraga. Pengertian kedua  berkenaan dengan proses pengorganisasian sebagai suatu cara dimana kegiatan organisasi di alokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya, agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efesien. Jadi inti organisasi adalah 1.Terdiri dari dua orang atau lebih
2.Adanya kerjasama
3.Adanya Sistem yang mengatur
4.Adanya tujuan

Organisasi olahraga adalah tempat berkumpulnya dua orang atau lebih untuk memajukan olahraga. Pendidkan kepemudaan dalam organisasi olahraga berrujuan untuk.
1.membentuk pemuda-pemuda yang dapat mengelola organisasi olahraga
2.Menjadikan pemuda-pemuda sebagai pelatih yang handal sebagai pelatih olahraga.
Diharapkan agar pelatihan tersebut dapat menghasilkan pemuda pemuda yang mampu mengelola organisasi olahraga secara mandiri dan professional, dan dapat bekerja sama dengan semua pihak yang terkait dengan bidang olahraga terutama investor swasta ,negeri maupun asing, terutama dalam hal menggalang dana untuk menyelenggarakan suatu event pertandingan yang bersipat lokal ataupun bersipat Internasionanll.  Juga dapat menghasilkan pemuda-pemuda yang memiliki motivasi membangun negeri ini terutama di bidang olahraga dengan cara mengikuti pelatihan berbagai cabang olahraga sesuai dengan kompetensinya dan mengikuti perkembangan Iptek dalam melatih dan mencari bibit-bibit olahraga  untuk di jadikan sebagai atlet tingkat dunia yang akan membawa harum nama bangsa dan Negara, seperti yang sudah dilakukan-oleh atlet-atlet lainnya seperti atlet Bulu tangkis. Susi susanti dan Alan budi kusuma.







DAFTAR PUSTAKA

·    Peraturan pemerintah RI No. 12 Tahun 2010, Tentang pengelelolaan dan pelanggaran pendidikan

·    Kamus Bahasa Indonesia, Besar Balai Pustaka 1991

·    UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas


·    H.A.R Tilaar Credo, Lembaga Pendidikan Universitas Negri Jakarta (UNJ) 2009

·    Sarlito. Wirawan Sarwono, Penggantian Umum Psikologi,  Jakarta Bulan 06 Tahun 2003

KATA PENGANTAR
       
        Pendidkan Kepemudaan merupakan pendidikan yang diselenggaraka kan  untuk  mempersiapkan  kader pemimmpin  bangsa, kader  pemimpin bangsa  yang  berkualitas, berdedikasi  tinggi dan memiliki visioner  untuk berkomitmen  bersama  membangun bangsa  dan  membebaskan  bangsa dari  keterpurukan  bangsa  karena  memperebutkan  kepentingan  sesaat Selama ini  kader pemimpin berkutat bersama memperebutkan kekuasaan dan berorientasi pada bidang legislative, hal itu terlihat bagaimana para ka der partai dengan berbagai dalih  mempertahankan kebenaran yang semu membela kawan mereka yang tersangkut  korupsi ,kolusi  dan  nepotisme yang berujung pada penuntutan di pengadilan. Akan tetapi  mereka tetap  membela dengan berbagai cara, bagaikan menarik rambut di dalam  tepu ng dan berusaha agar tepung  tersebut  tidak ada yang berubah  di posisi semula. Meskipun sudah menjadi trend  dalam dunia politik,  kebeminatan pemuda tetap tertuju pada badan legislatip, karena lembaga tersebut men janjikan  status social yang tinggi  bagi  yang  beruntung  berada di dalam lingkaran tersebut. Untuk  itulah  pendidikan pemuda  harus memiliki tero bosan  baru  dengan  cara mengarahkan   pendidikan  kepemudaan  pada bidang-bidang yang memerlukan  generasi-generasi baru  untuk bisa men transformasikan  Inovasi  baru dalam bidang-bidang  yang belum tergarap oleh pemuda.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar         i
Daftar Isi          ii

BAB I     PENDIDIKAN               1
A.    Pengertian Pendidikan          1   
B.    Kepemudaan      ………………………………………………………..   4
C.    Masalah Pemuda          6   

BAB II     BENTUK PENDIDIKAN KEPEMUDAAN           10
A.    Organisasi Kepemudaan        10   
B.    Organisasi Kewirausahaan       13   
C.    Organisai Olahraga        15   

BAB III     PENUTUP        16   
A.    Daftar Kepustakaan        16   

BAB I 
PENDIDIKAN

A.    Pengertian Pendidikan
Kamus bahasa Indonesia 1991, 231 menjelaskan pendidikan berasal dari kata didik. Lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi mendidikan artinya memelihara dan memberi latihan.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas mengatakan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam bahasa Yunani pendidikan berasal dari kata pedagogi, yaitu kata paid artinya anak sedangkan. Agagos artinya membimbing secara umum pedagogi artinya ilmu dan seni mengajar anak.
Prof. H.A.R. Tilaar dalam kredi pendidikan mengatakan pendidikan adalah suatu proses mansuawi berupa tindakan komunikatif. Dialogis tranformatif antara peserta didik dan pendidik yang bertujuan etis yaitu membantu pengembangan kepribadian peserta didik. Selurunya dalam konteks lingkungan alamiah dan kebudayaan yang berkeadaan.

Dari empat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses yang wajar dan terencana secara sistematis antara pendidikan dan siswa yang berlangsung secara dialogis dan memiliki norma dan kaidah yang baku.
Dalam proses pendidikan itu sendiri membutuhkan kesadaran dan kesabaran dari pendidik dan siswa karena proses pendidikan tidak seperti menumpahkan teko ke dalam gelas untuk diminum yang langsung begitu saja bisa menampung air dan siap untuk diisi ke dalam tenggorokan yang sedang haus-hausnya.
Proses pendidikan merupakan aktivitas dialogis yang intensional mempunyai tujuan terhadap pendidikan itu sendiri. Tetapi didalam proses pendidikan. Hal ini bukan berarti proses pendidikan tidak mempunyai tujuan sama sekali namun proses pendidikan mempunyai tujuan di dalam dirinya sendiri dan tidak di tentukan oleh tujuan dari luar pendidiakn.
Tujuan pendidikan itu pertama-tama terletak pada kebutuhan pribadi siswa yang merupakan manusia baru di mana sebagai pribadi yang sedang berkembang yang membutuhkan ilmu pengetahuan keterampilan, kepribadian, pandangan kedepan dan teknologi informatika, karena dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas di harapkan akan mendapat masukan-masukan yang akan membentuk sikap dan kepribadian siswa tersebut menjadi lengkap sebagai manusia Indonesia dan kompeten di bidangnya. Dalam prosesnya nanti akan terjadi dialog-dialog dengan teman sebayanya baik dia pria atau pun wanita juga dengan orang dwasa baik orang tuanya di rumah ataupun guru dan dosen. Dialog-dialog itulah yang dibutuhkan siswa sebagai makhluk sosial karena tanpa sesamanya dia tak akan dapat berkembang sebagai manusia yang memiliki pendidikan.
Dalam perkembangan kepribadinnya siswa akan mendapatkan masukan-masukan yang berupa tindakan-tindakan positif dan negatif. Dalam hal ini siswa di tuntut untuk berpikir secara rasional mana yang baik untuk dirinya dan mana yang tidak baik untuk dirinya.
Rangsangan yang berasal dari manusia jelas merupakan hasil dari kesadaran rasio manusia. Sehingga dia dapat mengembangkan rangangan-rangsangan tersebut untuk pengembangan dirinya sendiri dari dunia alamiah akan disaring dan digunakan untuk pengembangan kepribadiannya sendiri, tindakan-tindakan yang berasal dari pendidik maupun dari peserta didik yang kesadarannya semakin berkembang seluruhnya mempunyai nilai-nilai etis.
Bagi manusia proses pendidikan wajib menggunakan akal dengan memiliki potensi yang tersedia di sekitarnya untuk pengembangan kepribadiannya. Sesuai dengan perkembangan akalnya, tindakan yang bernilai etis merupakan hasil dari perkembangan rasionya. 

B.    Kepemudaan
Pada dua periode kepresidenan di Indonesia yang lalu akan sulit melihat pemuda tampil ke depan sebagai pelpor ataupun sebagai inisiator untuk mengemukakan pendapat ataupun sekedar memberi masukan kepada pemerintah atapun pada anggota DPR/MPR yang kala itu sebagian besar adalah orang yang berkuasa penuh dengan mewakili suatu generasi dimana generasi itu tidak pernah merasa terwakili. Hal itu disebabkan persepsi yang di setujui oleh pemerintah dan para anggota dewan yang terhormat mengganggap pemuda Indonesia belum memiliki batasan yang jelas sehingga sah-saha saja perwakilan pemuda Indonesia yang bergerombol melakukan study banding dalam rangka pertukaran pemuda di luar negeri. Adalah lebih banyak dari anggota perwakilan negara peserta lainnya masih bisa di panggil sebagai “om” ketimbang di panggil dengan sebutan akrab “friends” bahkan ketua rombongan pemuda lebih pantas di panggil granf father ketimbang di panggil father itu sendiri.
Sejak di terbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 pada paragraf 3 Bab IV Pasal 100 menjelaskan bahwa program pendidikan kepemudaan memberikan layanan pendidikan kepada warga masyarakat yang berusia antara 16 (enam belas) tahun sampai 30 (tiga puluh) tahun. Batasan tentang pemuda ini memperjelas kesimpang siuran tentang berapa usia seseorang yang disebut sebagai pemuda.
Untuk itu pada pasal ayat 2 di jelaskan pula program pendidikan kepemudaan yang berfungsi mengembangkan potensi pemuda dengan penekanan pada :
a.    Penguatan nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia
b.    Penguatan wawasan kebangsaan dan cinta tanah air.
c.    Penumbuh kembangan etika, kepribadian dan estetika.
d.    Peningkatan wawasan dan kemampuan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi seni atau olah raga.
e.    Penumbuhan sikap kewirausahaan, kepemimpinan, keteldanan dan kepeloporan.
f.    Peningkatan keterampilan korelasional.
Dengan ada batasan yang jelas mengenai umur pemuda maka pemuda Indonesia bisa mengirimkan utusanya sesuai dengan umur dan bisa berkarie di bidang politik sebagai anggota legislatip meskipun berbeda partai, namun inti keterwakilan pemuda di dunia politik sudah terlealisir itu dibuktikan dengan banyaknya anggota legislative yang berasal dari kalangan pemuda.

C.    Masalah Pemuda
Tidak ada suatu periode pun dalam perkembangan manusia yang tidak mempunyai masalah, demikian juga pada masa muda. Bahkan bisa jadi puncak dari masalah seseorang harus diputuskan pada masa muda ini, seperti untuk menetapkan suatu pekerjaan, keputusan untuk berumah tangga, dan lain sebagianya. Belum lagi masalah-masalah yang berkaitan dengan pergaulan di sekitarnya, khususnya dengan teman-teman sebayanya.
Masalah yang dihadapi pemuda ini bukan hanya datang dari pemuda itu sendiri, melainkan juga dari luar dirinya, yaitu dari lingkungan sekitarnya. Dari dalam dirinya masalah bisa timbul dari segi fisik dan non fisik. Dari sisi fisik misalnya, pertumbuhan dan perkembangan badannya merupakan masalah tersendiri bagi pemuda, sebagai contoh persolana yang menggangu para remaja adalah perkembangan seksualnya. Permulaan masa remaja bisanya ditandai oleh kematangan seksualnya, dalam arti organ-organ seksualnya dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengembangkan keturunan. Pada remaja putri ditandai dengan menstruasi, sedangkan pada pria ditandai dengan air maninya sudah cukup matang. Di samping itu perubahan-perubahan lainnya juga muncul diantaranya badan bertambah tinggi dengan cepat, pada pria suara membesar, timbul jakun, dan otot-otot mulai tumbuh. Sedangkan pada wanita, dada dan pinggul mulai membesar, dan lain sebagainya. Perkembangan yang begitu cepat ini menuntut penyesuaian tingkah laku tidak dapat mengimbangi kecepatan pertumbuhan, karena itu sering kita jumpai remaja tingkah lakunya serba canggung, badannya sudah besar, akan tetapi perbuatannya masih seperti anak kecil,16 karena itu sering disebut pemuda kenakan-kenakan. Persoalan ini sering dijumpai di sekitar kita.
Di lihat dari sisi kegamaan, nampanya pemuda juga tidak terlepas dari masalah ini, seperti yang kita lihat dewasa ini, fenomena krisis keagamaan di kalangan masyarakat khususnya para pemuda kian terlihat. Indikasinya adalah sikap mental dan perilaku mereka yang tidak mencerminkan nilai-nilai keagamaan. Banyak perilaku-perilaku sosial yang menyimpang dilakukan oleh pemuda, sebut saja sex bebas, penggunaan narkoba, kenakalan remaja, seperti tawuran, pergaulan bebas, penodongan di kendaraan-kendaraan umum dan masih rendahnya tingkat keberagaman pemuda serta berbagai tindak kejahatan yang lainnya. Hal ini tentunya telah mengindikasikan bahwa serang terjadi krisis keagamaan atau bahkan krisis mental spiritual di kalangan pemuda itu sendiri.
Dalam pandangan agama, secara fitrah manusia mempunyai potensi atau kecendrungan untuk beragama, sebab hal itu sudah diikrarkan manusia sebelum lahir ke dunia ini. Akan tetapi bagaimana agama dapat menjadi bagian yang selalu terpatri dalam setiap tingkah laku manusia, tentunya akan sangat terkait dengan lingkungan sekitarnya, dan lingkungan pertama dan utama dalam menanamkan nilai kegamaan pada seseorang adalah keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan nilai sosial budaya. Lingkungan-lingkungan tersebut memiliki peran signifikan dalam pembentukan pola-pola keberagaman di kalangan pemuda.
Kualitas keberagaman seseorang (pemuda/remaja) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : rumah tangga, lingkungan tempat tinggal, teman bergaul, lingkungan sekolah, nilai sosial budaya, informasi dan sistem sosialisasi ajaran agama melalui dakwah dan lain sebagainya.
Dalam hal ini perkembangan agama pada pemuda/remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan ini menurut W. Starbuck (dalam Jalaluddin, 2001 : 74) adalah sebagai berikut :
a.    Pertumbuhan pemikiran dan mental
b.    Perkembangan perasaan
c.    Pertimbangan sosial
d.    Perkembanganmoral
e.    Sikap dan minat
Sikap keagamaan pemuda dalam kasus ini berupa pandangan atau kecendrungan mental yang dalam bentuk pemuda bereaksi yang bersifat positif atau negatif yang tercakup dalam asapek kognsi (pemikiran), afeksi (sikap) dan konasi (kecendrungan untuk berbuat) terhadap dimensi-dimensi keagamaan yang mencakup keyakinan dan pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Yang perlu dikembangkan lebih lanjut bagi pemuda adalah masalah pertumbuhan pemikiran dan mental, hal ini terkait dengan sikap dan minat dimana pemuda-pemuda Indonesia diarahkan untuk banyak-banyak menuntut ilmu kesegala penjuru dunia, seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa Negara di Asia seperti Jepang, Korea selatan dan China yang  hasilnya adalah sungguh diluar dugaan. Sekembali mereka menuntut ilmu di berbagai Negara maju, mereka mengamalkan ilmu  mereka untuk membangun negeri mereka, dan sekarang terbukti ke tiga Negara tersebut merupakan Negara termaju di Asia dan menjadi saingan kuat bansa-bangsa  Eropa  di bidang Iptek dan perdangangan. Pemerintah Indonesia seharusnya tanggap akan hal ini dengan cara memberikan peluang untuk menuntut ilmu pada semua pemuda diseluruh pelosok negeri dengan memberikan biaya sekolah gratis pada setiap penduduk Indonesia dari sabang sampai Merouke dan juga mengirimkan pemuda-pemuda  cerdas ,memiliki nasionalisme tinggi dan visioner untuk belajar diluar negeri sesuai dengan bakat dan bidang yang disukainya                           i                                           BAB II
BENTUK PENDIDIKAN KEPEMUDAAN

A.    Organisasi Kepemudaan
Dengan Jumlahnya yang mencapai 80.659.718 jiwa atau sekitar 37.2% dari penduduk Indonesia secara keseluruhan, pemuda merupakan salah satu kekuatan terbesar bagi bangsa Indonesia. Jumlah ini merupakan populasi yang sangat besar, karena itu pemuda memiliki posisi yang strategis bagi bangsa Indonesia.
Dengan Jumlah sebesar itu, pemuda terbagi dalam berbagai organisasi baik organisasi kepemudaan seperti KNPI yang telah tersusun rapi dari tingkat pusat hingga ke daerah maupun yang lainnya. Kita bisa melihat banyak pemuda-pemuda yang berkpirah pada organisasi kesehatan, organisasi bisnis, organisasi sosial, organisasi keagamaan dan lain sebagainya. Kita juga bisa melihat banyaknya organisasi-organisasi yang anggotanya merupakan pemuda, misalnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Resimen Mahasiswa (RM) Palang Merah Remaja (PMR), dan lain sebagainya.
Banyaknya organisasi yang dihuni oleh para pemuda menunjukkan adanya dinamisasi aktifitas organisasian pemuda. Di samping itu, hal ini juga menujukkan bahwa para pemuda dapat menjadi suatu kekuatan besar dengan berbagai organisasi yang diikutinya. Akan tetapi kondisi ini tentunya tidak bisa hanya dibiarkan, tentu akan lebih baik jika dikembangkan agar lebih besar dan bermanfaat bagi pemuda itu sendiri, terutama dalam mentransformasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Di samping itu, banyaknya pengangguran di kalangan pemuda juga semakin menunjukkan bahwa perlu adanya upaya-upaya strategis untuk melakukan pengembangan organisasi-organisasi kepemudaan. Hal ini penting mengingat bahwa dewasa ini banyak pemuda yang nampaknya lebih menyukai organisasi-organisasi yang hanya untuk kepentingan sesaat dengan mengabaikan aspek pengkaderan sebagai upaya penyiapan pemuda untuk menjadi penerus dan pemimpin di masa mendatang.
Ada beberapa pertimbangan yang menjadi alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan organisasi kepemudaan, di antaranya :
1.    Jumlah pemuda yang sangat besar bahkan mencapai 80.659.718 atau sekitar 37,2 % dari penduduk Indonesia secara keseluruhan. Tentu Jumlah tersebut merupakan potensi besar yang akan sangat bermanfaat jika peran aktifnya dimaksimalkan.
2.    Banyaknya pengannguran di kalangan pemuda, persoalan pengangguran dikalangan pemuda sebenarnya sudah merupakan persoalan terus berlarut, bahkan setiap tahun Jumlah pengangguran semakin bertambah. Hal ini patu menjadi renungan bersama, karena hal ini menunjukan bahwa pengetahuan dan keterampilan (skill) pemuda ternyata masih rendah, apakah hal ini dsebabkan oleh tidak seuainya program pendidikan tuntuan dan kebutuhan masyarakat,  atau minimnya program-program pemberdayaan pemuda balk dan pemerintah maupun dan kalangan swasta.
3.    Banyaknya minat pemuda pada organisasi-organisasi di luar organisasi kepemudaan seperti forum-forum dan lembaga swadaya masyarakat. Hal ini patut menjadi perhatian karena pada organisasi-organisasi tersebut kurang memerhatikan aspek pengkaderan atau regenerasi. Oraganisasi-organisasi tersebut bahkan muncul reaktif dan banyak diarahkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu seperti proyek dan lain sebagainya. lni menunjukkan bahwa di kalangan pemuda terdapat pemikiran-pemikiran pragmatis yang lebih diorientasikan pada aspek ekonomi. Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi di kalangan pemuda perlu mendapat perhatian serius dan berbagai kalangan.


B.    Organisasi Kewirausahaan
   
    Wirausaha merupakan individu yang sangat spesifik dalam perilakunya,  ada tiga peranan yang menonjol dari seorang wirausahawan yakni : Pertama wirausahawan sebagai innovator dimana seorang wirausahawan selalu mencari kombinasi sumber daya dalam menjalankan usahanya. Kedua wirausahawan sebagai individu yang mencari  peluang menguntungkan. Ketiga wirausahawan menyukai resiko. Bentuk pendidikan kewirausahaan pada pemuda Indonesia adalah hal yang sangat cocok, karena peran yang dibutuhkan para pemuda adalah mencari jati  diri  sebagai wirausaha, dalam hal ini jika seorang wirausaha memulai usaha baru dengan produk baru maka ia dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut, yaitu peranan sebagai Inovator,Sebagai pencari peluang dan suka akan resiko. Berkaitan dengan bakat dan karakteristik yang khas dari kalangan wirausahawan, proses menjadi wirausahawan  sangat dipengaruhi oleh factor manusia dan intuisinya, masyarakat dan budaya dimana wirausahawan tersebut berasal. Semangat wirausahawan berasal dari semangat individu itu sendiri yang tercermin dengan jelas dalam menghadapi ketidakpastian dan persaingan.

C.    Organisasi Olahraga

Kata organisasi mempunyai dua pengertian umum, pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional seperti organisasi perusahaan, perwakilan pemerintah atau suatu kumpulan olahraga. Pengertian kedua  berkenaan dengan proses pengorganisasian sebagai suatu cara dimana kegiatan organisasi di alokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya, agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efesien. Jadi inti organisasi adalah 1.Terdiri dari dua orang atau lebih
2.Adanya kerjasama
3.Adanya Sistem yang mengatur
4.Adanya tujuan

Organisasi olahraga adalah tempat berkumpulnya dua orang atau lebih untuk memajukan olahraga. Pendidkan kepemudaan dalam organisasi olahraga berrujuan untuk.
1.membentuk pemuda-pemuda yang dapat mengelola organisasi olahraga
2.Menjadikan pemuda-pemuda sebagai pelatih yang handal sebagai pelatih olahraga.
Diharapkan agar pelatihan tersebut dapat menghasilkan pemuda pemuda yang mampu mengelola organisasi olahraga secara mandiri dan professional, dan dapat bekerja sama dengan semua pihak yang terkait dengan bidang olahraga terutama investor swasta ,negeri maupun asing, terutama dalam hal menggalang dana untuk menyelenggarakan suatu event pertandingan yang bersipat lokal ataupun bersipat Internasionanll.  Juga dapat menghasilkan pemuda-pemuda yang memiliki motivasi membangun negeri ini terutama di bidang olahraga dengan cara mengikuti pelatihan berbagai cabang olahraga sesuai dengan kompetensinya dan mengikuti perkembangan Iptek dalam melatih dan mencari bibit-bibit olahraga  untuk di jadikan sebagai atlet tingkat dunia yang akan membawa harum nama bangsa dan Negara, seperti yang sudah dilakukan-oleh atlet-atlet lainnya seperti atlet Bulu tangkis. Susi susanti dan Alan budi kusuma.







DAFTAR PUSTAKA

·    Peraturan pemerintah RI No. 12 Tahun 2010, Tentang pengelelolaan dan pelanggaran pendidikan

·    Kamus Bahasa Indonesia, Besar Balai Pustaka 1991

·    UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas


·    H.A.R Tilaar Credo, Lembaga Pendidikan Universitas Negri Jakarta (UNJ) 2009

·    Sarlito. Wirawan Sarwono, Penggantian Umum Psikologi,  Jakarta Bulan 06 Tahun 2003