Selasa, 17 Agustus 2010

BAB 9



MENULIS DENGAN MEMANFAATKAN KATEGORI / KELAS KATA







Standar
Kompetensi
- Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia Setara
Tingkat Semenjana




Kompetensi
Dasar
- Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata




Indikator - Menggunakan kata atau bentuk kata yang sama dalam perincian dengan mem perhatikan keefektifan dan keefisienan rincian














Pada bab ini, kita akan mempelajari kelas kata, frasa dan macamnya serta bagaimana memanfaatkan kelas kata dalam perincian dengan memperhatikan keefektifan dan keefisienan rincian. Tujuan pembelajaran materi ini ialah agar kita memahami kelas kata dan mecam-macam frasa serta dapat memanfaatkan kelas kata dalam membuat kalimat rincian sehingga kalimat tetap efektif.
Wacana

Pemilik Energi Benang Bordir

Di tangan Hery Suharsono, benang seolah bernyawa, memberi bentuk, memberi ekspresi, dan memberi cahaya. Tak heran saat mengikuti lomba kaligrafi bertema Mal Hijrah (Tahun Baru Islam) di Malaysia, karyanya mendapat pujian dari Perdana Menteri Malaysia (waktu itu), Mahatir Muhammad. Hasil karya Hery dianggap aneh karena memakai beberapa material, antara lain bordir, mote, dan cat minyak. Lukisan berukuran 4 x 8 meter itu tampak memukau.
Sejak usia tiga tahun, Hery memang sudah hobi mencorat-coret dan mewarnai. Hal ini, membuat ayahnya, Sukenda, pengusaha batik di Indramayu kaget melihat hasil coretan anaknya. Sang ayah merasa ada yang terpendam pada diri si anak. Dugaan ayahnya benar, ketika Hery duduk di bangku SD, ia beberapa kali memenangkan lomba melukis sampai ia dijuluki pelukis cilik. Ketika SMP, ayahnya mengajari Hery seni bordir. Tak disangka Hery sudah dapat membuat desain aplikasi bordir dengan bahan dasar batik untuk membuat tas, selendang, sapu tangan, bahkan kemeja, dan busana wanita. Hasil rancangan Hery laku keras di pasaran. Untuk mengasah bakat anaknya, setiap liburan sekolah, Sukenda sering mengajak Hery ke Yogyakarta untuk berguru pada pelukis besar Affandi.

Bimbingan ayahnya tak berlangsung lama, saat Hery kelas 1 di SMAN
1 Indramayu, tahun 1980, Sukenda wafat. Hery sempat goyah. Ia merasa
kehilangan pembimbing dan panutan, seorang ayah yang telah mewariskan
ilmu bordir untuk ia kembangkan kelak. Setelah lulus SMA, atas saran
ibunya, ia melanjutkan kuliah di Akademi Keuangan dan Perbankan di
Bandung. Baru kuliah empat semester, ibunya pun meninggal dunia.

Hery sangat terpukul, ia memutuskan untuk tidak meneruskan kuliah. Biaya kuliah lebih baik untuk pendidikan ketiga adiknya. Selanjutnya, ia menetap di Cirebon dan berkesenian di sana. Belum lama di Cirebon, ia kemudian pergi ke Yogyakarta bergabung dengan para seniman ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia). Untuk menyambung hidup, ia jadi pelukis poster di Syamsul Grup. Secara otodidak, ia terus mengasah kemampuan seni rupanya.

Empat tahun di Yogyakarta dan bosan menjadi seniman, ia lalu mengadu nasib di Jakarta, bekerja sebagai pendesain motif dan desain busana untuk bordir di sejumlah butik kecil. Pada tahun 2001, ia pindah ke
Ranti Busana. Di sini ia sering bereksperimen sendiri di ruang bordir, saat karyawan pulang. Karena pengalamannya selama ini, proses eksperimennya dalam pengolahan benang menghasilkan 100 lukisan bordir bercorak ekspresionistis, pengaruh dari sang Maestro Affandi.

Menjadi pegawai pada butik terkenal dengan gaji kecil padahal banyak hasil karyanya yang dijual atas nama butik, membuat ia tidak puas. Ia memutuskan keluar dari butik itu dan bergabung ke butik pamannya yang berada di Malaysia. Di sana pun Hary banyak menghasilkan karya sehingga produk pamannya laris manis. Tak sampai tiga tahun, karena ada perubahan sistem keimigrasian, ia harus kembali ke Indonesia. Di Indonesia, ia bermukim di Majalengka dan menulis buku Busana Muslim dengan Aksen Bordir. Penjualan bukunya meledak. Ia menulis buku sampai
40 judul.

Lukisan bordir sebenarnya masih belum populer di masyarakat dan kancah seni. Beberapa kritikan pernah diarahkan kepadanya dengan mengatakan bahwa seni bordir merupakan seni rendahan atau produk massal. Kritikan tersebut menjadikannya tertantang untuk mendalami seluk beluk seni rupa dari buku. Namun, angin segar datang dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Dra. Uchiyah Achmad, M.Pd., dosen tata busana di tempat itu, mengatakan dengan tegas bahwa lukisan bordir bukan hanya tergolong seni tinggi, tapi juga merupakan karya langka. Pernyataan itu membuat Hery semangat dan yakin bahwa dibandingkan seni lukis, pada seni bordir dituntut keseriusan tertentu, yaitu untuk mengatasi beberapa kesulitan.

Kesulitan pertama terletak pada medianya yang bukan kanvas tapi mesin bordir. Kesulitan lain ialah pewarnaan. Pencampuran warna pada benang tak bisa selembut cat, selain itu tak banyak pilihan benang berwarna yang dikeluarkan pabrik. Hery harus mencari teknik-teknik baru untuk mengatasi variasi warna pada benang. Kesulitan warna ini juga termasuk urusan pencampuran warna dasar untuk menghasilkan banyak warna. Untuk masalah ini, Hery menyiasatinya dengan menggunakan cairan pewarna batik. Benang putih dicelupkan ke dalam campuran warna yang dikehendaki.

Agar warna lebih cemerlang dan terkesan ada gradasinya, benangnya dicelupkan ke adukan 5% pewarna yang dimaksud, lalu pada benang berikutnya persentase ditambah beberapa mililiter lagi, begitu seterusnya sampai 100%. Kemudian, benang-benang itu dijemur sampai kering. Untuk mencapai efek tertentu, Hery menciptakan teknik khusus, misalnya teknik
bulu kusut, yakni benang digosok-gosok hingga seperti bulu-bulu lembut. Juga teknik gacruk , yakni benang dibordirkan meloncat-loncat agar terlihat kasar. Teknik semprot agar benang terlihat lembut dan teknik lain yang membuat benang terkesan bergulir atau terpelintir.

Bercermin pada nasib batik yang diklaim negeri jiran, Hery berusaha mematenkan hasil karyanya. Harga yang ia tawarkan untuk setiap lukisan sudah termasuk biaya paten, material, serta ‘energi mental dan fisik’ pengerjaannya. “Melukis dengan cat minyak bisa saya selesaikan dalam setengah jam, kalau lukisan bordir 1-3 bulan,” ujarnya. Tampaknya respon dari luar negeri cukup prospektif. Tengah ia jajaki untuk berpameran di Jepang dan Australia.

Hery terus bergerak mengeksplorasi lukisan bordir. Ke depan, ia kembangkan mixed-media, dengan memadukan berbagai aplikasi ke dalam bordir, antara lain batu permata, pernak-pernik, bermacam bentuk benang, cat akrilik, hingga seni grafis. Ia ingin membawa bordir ke tiga dimensi dengan tidak melepas kepribadian seni bordir. Terutama energi benang; jika sendiri, ia menyatukan; jika bersama, ia memancarkan cahaya.


(Dikutip dari Intisari, Juli 2007, dengan beberapa perubahan)




A. Kelas Kata

Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat. Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.

Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa. Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.

1. Kata kerja (verba)
2. Kata sifat (adjektiva)
3. Kata keterangan (adverbia)
4. Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
5. Kelompok kata tugas ialah :
1. Kata Sandang (artikel)
2. Kata Depan (preposisi)
3. Kata Hubung (konjungsi)
4. Partikel
5. Kata Seru (interjeksi)



1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.

Ciri kata kerja:
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah
Contoh: akan mandi, akan tidur, sedang makan, telah pulang
2. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak makan, tidak tidur.

3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS Contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat.

Macam-macam kata kerja (verba):
a. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi,
pulang, tidur
b. Verba turunan, terdiri atas:
1. Verba berafiks:
Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
2. Verba bereduplikasi:
Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah.
c. Verba berproses gabung:
Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d. Verba majemuk :
Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
e. Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek) Contoh : - Saya menulis surat.
S P O
- Adik membeli balon.
S P O

f. Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek) Contoh : - Mereka duduk di taman.
S P K
- Anak-anak itu bersepeda di sepanjang pantai.
S P K
- Adik sedang mandi.
S P


2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/ benda. Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.
Ciri-ciri kata sifat:
1. Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling
Contoh: lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
2. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
3. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya

Macam-macam adjektiva:
a. Ajektiva dasar, seperti adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
b. Adjektiva turunan terdiri atas:
1. adjektiva berafiks
contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
2. adjektiva bereduplikasi:
contoh: muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
3. adjektiva berafiks –i, -wi, -iah
contoh: abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.

c. Adjektiva deverbalisasi, misalnya: melengking, terkejut, menggem- birakan, meluap.

d. Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman,
kesatria, berbusa, dan lain-lain

e. Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang, bertambah.

f. Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh. g. Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
h. Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.

i. Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha kuasa.



3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.

Macam-macam adverbia:

a. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.

b. Adverbia turunan terbagi atas:

1. Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.

2. Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.

3. Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan
(Numeralia)
a. Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak). Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.

Ciri-ciri kata benda:
1. Dapat diingkari dengan kata bukan
Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
2. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang
sangat + KS
Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang
yang baik.

Macam-macam nomina:

a. Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.

b. Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
c. Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
d. Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
e. Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok. f. Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
g. Nomina dari proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pem- bicara, pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.

h. Nominalisasi dengan si dan sang, misalnya: si kecil, si manis, sang kancil, sang dewi.

i. Nominalisasi dengan yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.

b. Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.
Macam-macam pronomina:
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronomina
persona, (2) pronomina penunjuk (3) pronomina penanya.
1. Pronomina Persona
a). Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau. b). Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
c). Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
(a). Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya, aku (tunggal),
dan kami, kita
(jamak)

(b). Pronomina persona II (kata ganti orang II) : kamu, engkau, Anda (tunggal), dan kalian, Anda sekalian (jamak)

(c). Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka (jamak)

d). Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu, misalnya : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-masing sendiri.

2. Pronomina Penunjuk
Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam. (a) Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
(b) Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana. (c) Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.
3. Pronomina Penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah
pertanyaan.

Contoh: siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa.

c. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk meng- hitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Macam-macam numeralia:
a). Numeralia utama (kardinal), terdiri atas:
(a). Bilangan penuh, misalnya: satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.
(b). Bilangan pecahan, misalnya: sepertiga, duapertiga, lima perenam. (c). Bilangan gugus, misalnya: selikur (21), lusin, gros, kodi, atau ton.
b). Numeralia tingkat, yaitu numeralia yang menunjukkan urutan atau
struktur
Misalnya: pertama, kesatu, kedua, keempat, ketiga belas.

c). Numeralia kolektif, numeralia yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya : ketiga (ke + Num), ribuan, ratusan (Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)



5. Kelompok Kata Tugas
Kata tugas terdiri atas:
a. Kata Sandang (Artikel)

Kata sandang atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda.

Macam-macam artikel:

a). Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.

b). Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para ilmuwan.

c). Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.

d). Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar kehormatan), Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra lama)

b. Kata Depan (Preposisi)

Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposisional).
Macam-macam preposisi:

a). Preposisi dasar, misalnya: di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.

b). Preposisi turunan, terdiri atas:

(a). gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.

(b). gabungan preposisi + preposisi + non-preposisi, misalnya : di atas
rumah, dari tengah-tengah kerumunan.

(c). gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah ke jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.

c). Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang, seputar.

c. Kata Hubung (Konjungsi)

Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang berfungsi menghu- bungkan dua kata atau dua kalimat.



Macam-macam konjungsi:

a). Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.

b). Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian, setelah itu. c). Konjungsi pilihan, misalnya: atau
d). Konjungsi perlawanan, misalnya: tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya, padahal.

e). Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan
lain-lain
f). Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya
dan lain-lain
g). Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain h). Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya,
seumpamanya.
i). Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
j). Konjungsi perluasan, misalnya: yang
k). Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa
l). Konjungsi penegasan, misalnya: bahkan dan malahan
m). Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.

d. Partikel

Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).

Macam-macam partikel:
a). kah, misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
b). kan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
c). deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu. d). lah, misalnya: Tidurlah hari sudah malam!
e). dong, misalnya: Bagi dong kuenya.
f). kek, misalnya: cepetan kek, lama sekali.
g). pun, misalnya: Membaca pun ia tak bisa.
h). toh, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah.
i). yah, misalnya: Yah, apa aku bisa melakukannya?

e. Kata Seru (Interjeksi)

Kata seru atau interjeksi adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati atau berbagai ungkapan perasaan.

Macam-macam interjeksi :
a). Seruan atau panggilan, misalnya: hai, ayo, halo, wahai.
b). Keheranan atau kekaguman, misalnya: aduhai, amboi, astaga, wah. c). Kesakitan, misalnya: aduh
d). Kekecewaan atau kekesalan, misalnya: uh, brengsek, buset, yaa. e). Kekagetan, misalnya: lho, masya Allah, Astagfirullah, ya Gusti.
f). Kelegaan, misalnya: Alhamdulillah, nah, syukurlah. g). Kejijikan, misalnya: bah, cih, cis, hii, idih, ih.




B. Frasa dan Macamnya

Frasa adalah bagian kalimat yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi atau jabatan di dalam kalimat. Di dalam kalimat terdapat subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (pel).

Contoh :
- Dokter membaca buku.
S P O
- Dokter muda sedang membaca buku cerita.
S P O
- Dokter muda ganteng sedang asyik membaca buku cerita komik.
S P O

Pada contoh di atas, kata dokter dapat diperluas menjadi dokter muda, dokter muda ganteng, tapi tetap menduduki satu fungsi di dalam kalimat yaitu, subjek. Demikian pula dengan membaca, diperluas menjadi sedang membaca dan sedang asyik membaca tetap berkedudukan sebagai predikat Begitu juga pada kata buku, diperluas menjadi buku cerita dan buku cerita komik tetap berkedudukan sebagai objek.

Frasa dibedakan atas:
1. Frasa nominal: frasa yang unsur pusatnya kata benda.
Contoh : - kamar anak
- buku gambar
2. Frasa verbal: frasa yang unsur pusatnya kata kerja.
Contoh : - sedang tidur
- telah belajar
3. Frasa adjektival: frasa yang unsur pusatnya kata sifat.
Contoh: - cukup pintar
- agat lambat
4. Frasa adverbial: frasa yang unsur pusatnya kata keterangan.
Contoh: - pagi sekali
- sangat tekun

5. Frasa preposisional (kata depan): frasa yang terdiri dari unsur kata depan dan kata benda.

Contoh: - di kota
- dari kantor



C. Memanfaatkan Kelas Kata dalam Menyusun
Perincian pada Kalimat

Sering kita menemukan kalimat yang kurang efektif. Apalagi kalimat tersebut berbentuk kalimat majemuk yang menggunakan banyak unsur keterangan atau berbentuk perincian. Untuk menyusun kalimat seperti ini dan agar mudah dipahami, kita harus berpedoman pada ciri kalimat efektif.

Ciri-ciri kalimat efektif antara lain adalah adanya kesejajaran bentukan kata dan penghematan dalam penggunaan kata. Yang dimaksud dengan kesejajaran adalah kesamaan pilihan bentukan kata pada kalimat luas yang berisi perincian. Jika bentukan kata pertama berupa kata benda (nomina), kata berikutnya harus berbentuk kata benda. Jika kata pertamanya berbentuk kata kerja (verba), kata berikutnya dan seterusnya berbentuk kata kerja. Pemahaman terhadap kelas kata dapat memudahkan kita menyusun kalimat yang berisi pemerian agar tetap efektif.

Contoh:

1.a. Proses pendaftaran masuk SLTAdari SLTP dimulai dengan diserahkannya tanda kelulusan lalu mengambil dan mengisi formulir dan tinggal mengamati hasilnya setiap hari.

Menjadi:

1.b Proses pendaftaran masuk SLTA dimulai dengan penyerahan tanda kelulusan dari SLTP, lalu pengambilan serta pengisian formulir, dan pengamatan pada pengumuman hasilnya setiap hari.

2.a. Kamu boleh tinggal di rumah ini dengan sewanya dibayar setiap bulan
atau kaubisa membelinya dengan harga yang telah disepakati.
Menjadi:
2.b. Kamu boleh menempati rumah ini dengan membayar sewanya setiap
bulan atau kaudapat membelinya dengan harga yang telah disepakati.

3.a. Hati-hati berbelanja di mall, sering terjadi kecopetan, penodongan, dan
perampokan.
Menjadi:
3.b. Hati-hati berbelanja di mall, sering terjadi pencopetan, penodongan, dan
perampokan.

4.a. Untuk menjadi siswa teladan, seseorang dituntut rajin, tekun, tidak ceroboh dan tak mudah putus asa.

Menjadi:
4.b. Untuk menjadi siswa teladan, seseorang dituntut rajin, tekun, teliti, dan
optimis.

Selain kesejajaran, dalam menyusun kalimat efektif juga diperlukan kehematan penggunaan kata. Kata-kata yang sama dan diulang-ulang dapat dibuang atau diganti dengan kata yang sejenis dan semakna sepanjang tidak mengubah pengertiannya. Umpamanya, untuk menghemat pengulangan nama orang/kita dapat menggunakan bentuk pronomina persona (kata ganti orang).

Contoh :

Pak Muhidin beserta anaknya tak dapat lagi berjualan di pinggir jalan protokol setelah barang dagangan Pak Muhidin dan anaknya terkena razia petugas. Pak Muhidin tidak putus asa bersama anaknya, penjual pakaian jadi itu berjualan keliling kampung.

Menjadi:

Pak Muhidin beserta anaknya tak bisa lagi berjualan di pinggir jalan protokol setelah dagangan mereka terkena razia petugas pamong praja. Ia tidak putus asa. Bersama anaknya, ia berjualan pakaian jadi keliling kampung.

RANGKUMAN


A. Kelas Kata
Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Kata juga dapat dikelompokkan ke dalam kelas kata kerja (verbal), sifat (adjektiva), keterangan (adverbia), benda (nomina), ganti (pronomina), bilangan (numeralia), serta tugas.

B. Frasa dan Macamnya
Frasa dibedakan atas:
1. Frasa nominal: frasa yang unsur pusatnya kata benda.
2. Frasa verbal: frasa yang unsur pusatnya kata kerja.
3. Frasa adjektival: frasa yang unsur pusatnya kata sifat
4. Frasa adverbial: frasa yang unsur pusatnya kata keterangan.
5. Frasa preposisional: frasa yang terdiri atas unsur kata depan
dan kata benda

C. Memanfaatkan Kelas Kata dalam Perincian pada Kalimat
Pemahaman kelas kata dalam menyusun kalimat yang berisi pemerian bertujuan untuk kesejajaran kata bentukan, penghematan kata, serta ketepatan pemakaian kata.





TUGAS MANDIRI:

1. Bacalah wacana di awal bab ini. Daftarkanlah kelas kata yang terdapat
dalam bacaan tersebut.

2. Carilah kalimat yang berisi perincian, koreksilah. Jika kurang efektif perbaikilah dengan memanfaatkan kelas kata.

3. Buatlah dua kalimat yang berisi perincian dengan memerhatikan kesejajaran dan kehematan penggunaan katanya.
UJI KOMPETENSI

I. Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!

1. Kelompok kata berikut ini yang bukan frasa adalah a. rumah makan
b. jagung rebus
c. manggang ayam
d. orang tua
e. sekolah baru


2. Kata-kata berikut yang tidak termasuk kata benda adalah a. pikiran
b. pendidikan
c. majalah
d. uraian
e. nyalakan


3. Di bawah ini yang termasuk kata benda abstrak adalah a. pikiran
b. lautan
c. majalah
d. tulisan
e. nyalakan


4. Konfiks pe--an dalam kata penantian membentuk kata

a. benda b. sifat
c. kerja
d. keterangan
e. partikel


5. Konfiks ke--an dalam kata kebesaran membentuk kata


a. benda d. keterangan
b. sifat e. partikel
c. kerja
6. Di bawah ini yang termasuk kata benda tak terbilang ialah a. kantor
b. kampung
c. pohonan
d. udara
e. orang


7. Di bawah ini yang termasuk kata benda kumpulan ialah a. sekolah
b. Abdullah
c. pengumuman
d. kebersihan
e. asinan


8. Yang termasuk kata bilangan tingkat adalah a. satu
b. dua pertiga
c. lusin
d. keempat
e. jutaan


9. Yang termasuk kata keterangan gabungan adalah a. agaknya
b. supaya
c. belum pernah
d. sekali-sekali
e. telur ayam


10. Di bawah ini kalimat yang menggunakan artikel bermakna netral
adalah
a. Rumahnya di sebelah masjid Al-Furqon.
b. Hakim memutuskan si terdakwa dengan hukuman lima tahun.
c. Makanannya sungguh lezat.
d. Para ahli sedang membicarakan kedatangan komet Haley.
e. Kami mohon Sri Baginda berkenan memberikan restunya.
11. Semua barang-barangnya ia simpan di atas loteng rumahnya.
Kata yang termasuk preposisi adalah a. rumah
b. barang-barang
c. loteng
d. di atas
e. simpan


12. Ayahnya seorang konglomerat yang terkenal dermawan ... suka membantu fakir miskin.

Kata hubung yang tepat untuk mengisi titik-titik di atas adalah a. maka
b. agar
c. lagipula
d. sedangkan
e. padahal


13. Fadilah selalu belajar menjelang ujian ... ia lulus dengan nilai memuaskan.
Kata hubung yang tepat untuk mengisi titik-titik di atas adalah a. maka
b. agar
c. lagipula
d. sedangkan
e. padahal


14. Fachri menjadi anak yang pemurung ... ia gagal lulus ujian tahun ini.
Kata hubung yang tepat untuk mengisi titik-titik di atas adalah a. maka
b. agar
c. sejak
d. sedangkan
e. supaya


15. Yang termasuk kata seru yang menyatakan keheranan di bawah ini
adalah
a. hai
b. amboy
c. huh
d. syukurlah
e. ayo


16. Yang termasuk frasa adverbial di bawah ini adalah a. pagi-pagi
b. tinggi sekali
c. cukup cerdas
d. lumayan enak
e. dari rumah


17. Setelah tahap penulisan, langkah yang harus dilakukan adalah pengetikan,
pengeditan, dan
Kata yang memenuhi kesejajaran untuk pengisi bagian yang kurang
adalah
a. menjual
b. diterbitkan
c. mencetak
d. pencetakan
e. menerbitkan


18. Di bawah ini kalimat yang menggunakan kata kerja intransitif ialah a. Dari tadi ia mondar-mandir saja di situ.
b. Adik pingsan ketika melihat ondel-ondel.
c. Mereka sedang membaca buku di perpustakaan.
d. Kulitnya mengeluarkan darah yang tak sedikit.
e. Toko itu menjual alat-alat olahraga.


19. Kalimat yang menggunakan kata kerja transitif adalah a. Kami mandi-mandi di sungai itu.
b. Kulihat si Atik sedang berdandan di kamarnya.
c. Pemerintah tengah menggalakkan usaha sektor ril.
d. Sekolah ini memang keren.
e. Setelah kerja seharian, ia perlu istirahat.


20. Kalimat yang menggunakan kata keterangan deverbalisasi ialah a. Ia memang terkenal budiman.
b. Kekayaannya tak ada yang menandinginya.
c. Kupu-kupu itu sungguh elok.
d. Ia terkejut melihat ayahnya datang.
e. Arif bersungguh-sungguh menangani pekerjaan ini.



II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!

1. Sebutkanlah penggolongan kelas kata secara umum!
2. Sebutkan ciri-ciri kata kerja!
3. Buatlah dua kalimat yang termasuk verba transitif dan verba intransitif!
4. Apa yang dimaksud dengan partikel? Beri contohnya!
5. Buatlah kalimat dengan menggunakan preposisi! Garis bawahi katanya!
6. Buatlah kalimat dengan menggunakan interjeksi sebanyak 4 buah!
7. Sebutkanlah ciri-ciri kata benda!
8. Buatlah kalimat dengan menggunakan kata hubung perlawanan dan
penegasan!
9. Buatlah kalimat dengan kata bilangan yang menyatakan kumpulan!
10. Apa yang dimaksud dengan kata sandang? Beri contoh kalimatnya 2
buah!

1 komentar: