Jumat, 20 Agustus 2010

peran tik

PERAN TIK DALAM PEMBELAJARAN
Posted on 23 Agustus, 2008 by Aristo

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:
  1. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
  2. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
  3. menggunakan teknologi internet yang standar,
  4. memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma pembelajaran tradisional.
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:
  1. komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
  2. materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau
  3. didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
  4. Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode
  5. sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.
  6. Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet,
  7. permainan, musik, dan TV,
  8. alat-alat musik,
  9. alat olah raga, dan
  10. bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu:
  1. siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
  2. harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
  3. bagi siswa dan guru, dan
  4. guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan
  5. alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai:
  1. sesuatu yang sulit dan berat,
  2. upaya mengisi kekurangan siswa,
  3. satu proses transfer dan penerimaan informasi,
  4. proses individual atau soliter,
  5. kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada
  6. satuan-satuan kecil dan terisolasi,
  7. suatu proses linear.
Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:
  1. proses alami,
  2. proses sosial,
  3. proses aktif dan pasif,
  4. proses linear dan atau tidak linear,
  5. proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,
  6. aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan
  7. kulktur siswa,
  8. aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari:
  1. sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi,
  2. dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran,
  3. pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
  4. dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu:
  1. dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
  2. pembelajaran,
  3. dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan
  4. berbagai pengetahuan,
  5. dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi
  6. pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Kreativitas dan kemandirian belajar.
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

Peran guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalismenya.

Adalah menarik sekali ketika memandu workshop pemanfaatan TIK untuk pembelajaran bagi para kepala sekolah, kemarin di Hotel Griya Astoeti, Cisarua Bogor. Apanya yang menarik? Ketika menyusun action plan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran.

Anda, saya atau siapa saja mungkin akan memikirkan hal yang sama. Apakah gerangan? Ketika menyusun action plan, fokus yang terlintas dalam benak adalah fasilitas TIK, jaringan yang dibutuhkan, konten apa aja yang diperlukan, pelatihan apa saja yang diperlukan dan bla-bla-bla lainnya. Apakah salah, tentu sajaa tidak. Semuanya benar.  Namun, ada satu hal yang tidak tercermin dalam action plan tersebut, yaitu bagaimana semua itu diimplementasikan dalam proses pembelajaran? Jadi, pikiran kita terfokus pada pengadaan sesuatu yang bersifat fisik dan lupa proses pembelajarannya akan seperti apa dengan menggunakan aneka ragam fasilitas TIK yang diidentifikasi dan diajukan dalam action plan tersebut. Singkat kata so what gitu loh?
Mungkin ini salah kami, sebagai fasilitator yang tidak mengarahkan kesana he he he he …. Tantangan kita sebenarnya adalah bagaimana guru-guru seara kreatif, secara inovatif memanfaatkan TIK untuk proses pembelajaran dalam berbagai bentuk strategi pembelajaran.
Kalau kita ngacu pada model strategi pembelajaran menurut Smaldino, katakanlah maka dalam praktekny, guru melakukan proses pembelajaran menurut dua kategori yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Keduanya, diintegrasikan atau dipadukan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metode pembelajaran yang berorientasi guru adalah presentasi, demonstrasi, tutorial dan drill & practice. Sedangkan metode2 pembelajaran yang berorientasi siswa adalah diskusi, pembelajaran koperatif (seperti project), problem-based learning, simulasi dan permainan.
Nah jika mengacu pada kategori di atas, terkait dengan pemanfaatan TIK, sedianya kita mulai memikirkan secara kreatif:
  • metode presentasi dengan menggunakan TIK yang efektif dan efisien serta menarik harus seperti apa? mengajar dengan menggunakan slide presentasi yang baik harusnya seperti apa, baik dari sisi kualitas teknis slide presentasinya itu sendiri maupun proses presentasi dengan menggunakan slide presentasi tersebut (mulai dari cara mengawali/membuka, posisi berdiri, mimik, interaksi yang sebaiknya terjadi, dan lain-lain. Aplikasi TIK yang dapat digunakan untuk hal ini antara lain adalah Open Office, MSOffice (MSPowerpoint), dreamweaver, dan lain-lain dengan mengkombinasikan format media lain didalamnya secara terpadu seperti audio (music, effect), video, animasi, gambar, grafik, dan lain-lain.
  • metode tutorial dengan memanfaatkan TIK yang baik, efektif dan menarik seperti apa? Tutorial adalah proses bimbingan yang dilakukan oleh guru secara intensif. Secara tradisional, guru melakukan bimbingan langsung bagi siswa-siswa yang tertinggal dibanding dengan yang lain. Dewasa ini, dengan adanya tool-tool komunikasi seperti chatting, forum komunikasi, mailinglist, bahkan sms dan audio-conference menggunakan handphone sangat memungkinkan (walau masih mahal dari sisi pulsa yang harus dibayarkan). Pemahaman akan fungsi tool-tool ICT, termasuk pemanfaatan tool jejaring sosial (soscial network) untuk pembelajaran, hendaknya ditanamkan pada diri guru. Caranya? Model pembelajaran yang memanfaatkan tool-tool seperti ini harus dicontohkan. Itu cara yang terbaik menurut saya ketimbang secara formal melakukan pelatihan khusus tentang hal ini, walaupun pelatihannya tetap masih dibutuhkan dibarengi dengan contoh konkrit penerapannya dalam situasi senyatanya.
  • demonstrasi dengan memanfaatkan TIK seperti apa yang efektif dan menarik? Demonstrasi, masih lebih baik dengan menggunakan obyek sebenarnya. Itu benar! Tapi untuk beberapa hal tertentu, karena keterbatasan tertentu seperti bahaya, waktu, biaya, jarak dan lain sebagainya maka harus didemonstrasikan dengan cara lain. TIK dalam hal ini sangat diperlukan. Contohnya, adalah bagaimana proses bunga mekar, dapat disajikan dengan video (dalam bentuk slow motion tentunya). Gunung api di bawah laut, bisa disajikan melalui video atau animasi,  cara kerja otak bisa disajikan dengan animasi, cara kerja helokopter bisa disajikan dengan animasi dan bahkan simulasi, dan lain-lain.
  • drill and practice dengan menggunakan TIK seperti apa yang efektif dan menarik? Dewasa ini, bentuk-bentuk soal apapun dengan jawaban apapaun bisa dibuat dengan software tertentu sejauh itu bersifat obyektif (pilihan ganda, benar salah, jawaban singkat), bahkan urutan munculnya secara acak dengan option jawaban acak bisa dibuat.  drill and practice bisa disajikan secara online seperti bank soal dan uji kompetensi di edukasi.net, bisa disajikan secara offline dalam bentuk CD-interaktif, atau bahkan bisa dikirim via sms dengan memanfaatkan fasilitas sms-gateway.
  • Diskusi dengan memanfaatkan TIK seperti apa yang efektif dan menarik? Tentu saja guru dapat melakukan diskusi langsung secara tatap muka di dalam kelas. Namun, diskusi saat ini bisa memanfaatkan fasilitas konferensi seperti text-based conference via computer alias chatting dengan memanfaatkan messenger tertentu (seperti yahoo messenger), atau memanfaatkan forum diskusi seperti babaflash forum, atau diskusiweb.com. milist juga bisa dijadikan ajang forum diskusi. Nah, tantangan bagi guru adalah bagaimana mebimbing (e-moderation) forum ini agar terarah, menantang dan menarik untuk siswa, mulai dari memunculkan topik diskusi, membuat pertanyaan yang menantang dan argumentable, dan seterusnya.
  • cooperative learning dan problem-based learning dengan memanfaatkan TIK seperti apa yang baik, efektif dan menarik? hanya sekedar ide, sebenarnya kita sebagai guru dapat secara kreatif memberikan tugas yang menantang kepada siswa secara kelompok dimana proses pengerjaannya dan produk yang dihasilkan adalah semuanya berbasis TIK. Misal komunikasi antar anggota kelompok bisa dilakukan via sms, email, chatting dll, pencarian ide bisa dilakukan melalui browsing diinternent dengan memanfaatkan teaknik searching yang efektif dan efisien, dan produknya disajikan dalam aneka ragam sajian berbasis TIK yang relevan dengan kemampuan mereka, seperti animasi, gambar, slide presentasi, video atau kombinasi dari semuanya. Atau mungkin produknya tetap suatu proyek tertentu, tapi proses pengerjaannya dilakukan dengan memanfaatkan tool-tool ICt yang relevan seperti tersebut.
  • permainan dan simulasi berbasis TIK? yang ini ga perlu ditanya, sangat memungkinkan. Namun, dalam prakteknya tidak mungkin guru membuatnya secara individual, dibutuhkan team khusus.
Model-model pembelajaran dengan menerapkan TIK seperti yang dipertanyakan di atas, hendaknya menjadi renungan kita bersama. Contoh-contoh konkritnya perlu dilakukan, digali lebih jauh, dipraktekkan, dibuktikan, dan disosialisasikan tanpa harus ada (hak cipta apalagi paten) sehingga dapat dimanfaatkan oleh guru lain dan bahkan menjadi inspirasi untuk menghasilkan model yang lebih baik.
Seandainya itu terjadi ya? … he he he betapa indahnya ICT untuk pembelajaran ….

Kembali ke permasalahan awal yang saya ajukan di atas. Kenyataan seperti itu, justeru mengkhawatirkan saya, dan mungkin juga Anda, bahwa ketika ICT masuk ke sekolah, tanpa diimbangi dengan kesadaran dan kemampuan guru dalam konteks pembelajaran yang benar, maka sekolah hanya akan menjadi sekolah modern dan mahal, tapi proses pembelajarannya tetap kuno…
Terima kasih

Perbandingan Proses Pembelajaran versi E-Learning



SELAMAT BERDJOEANG!
Raih Fastabiqul Khairat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar