Rabu, 18 Agustus 2010

Tugas Prof. Cipto

PETER HINNESS DAN MEERI HELLSTEIN

Merangkum semua keterlibatan kritis dengan Internasionalisasi pendidikan higher dengan mengekplatasi kritis terhadap pedagogies dan kebijakan. Peter Hinness dan Meeri Hellstein melihat dan membahas tentang pendirian beasiswa, administrasi, dan penelitian, hinness menjelaskan tujuan dari buku ini adalah sebuah gagasan untuk menyediakan bacaan lebih kritis dan explorasi dari proses karena Internasionalisasi Pendidikan telah menjadi subjeck penelitian dan komentar dalam berbagai bidang akademik termasuk pendidikan komperatif.
Di dukung oleh pendapat-pendapat para ahli yang terdiri dari Damiashkevich, kandel, moehlman, ulich Schneider, woody, paplaaskal buth, dan banyak lagi yang lainnya, mereka semua pendukung proses perpaduan antara pendidikan Internasional dan pendidikan komperatif, misalnya Kandel (1956 - 2) yang berpendapat bahwa pendidikan komperatif seharusnya tidak perlu binggung dengan tujuan pendidikan Internasional yang berusaha mempromosikan tujuan yang sama-sama baik.
Penelitian pendidikan komperatif dapat memiliki konstribusi untuk membuat tujuan ini dengan menunjukkan dimana dan bagaimana dapat mengimplementasikan Bereday (1967) menyarankan bahwa ada tumpang tidih dalam pendidikan komperatif dan pendidikan Internasional. Nuh dan Eckstein (1969) tujuan awal pendidikan komperatif seperti persaudaraan Internasional dan mempromosikan kerjasama itu Coling (1956) berpendapat bahwa salah satu isu yang relevan untuk pendidikan komperatif adalah kerjasama internasional untuk ekonomi dan sosial pembangunan khususnya melalui bantuan teknis, sebagian besar teknis bantuan ini terj adi melalui pertukaran siswa seperti rencana Colombo plan.
Armoves (1980) berkata bahwa pengenalan teori sistem dunia ke dalam bidang pendidikan comparative penekanan kemudian pada globalisasi, percepatan globalisasi dalam dua dekade terakhir telah sampai pada batas tertentu, diberikan usal perdebatan IV tentang perbedaan antara comparative internasional pendidikan budaya, globalisasi ekonomi dan politik telah mengakibatkan perubahan yang berarti selanjutnya perubahan ini telah menghasilkan ketidakpastian ditingkat mikro atau dalam praktik sehari-hari sistem lembaga, akademis, dan pelajar itu sendiri.
Namun gagasan tentang Negara bangsa dapat dipelajari dan dibandingkan dengan Negara bangsa lain menjadi kurang bermakna sebagai Negara bangsa menjadi lebih sosial, budaya, politik, dan ekonomi terpadu, selain itu gagasan Internasional pendidikan terutama pertukaran pelajar Internasional dalam rangka untuk belajar tentang negara-negara lain atau untuk menyediakan bantuan teknis dalam pembangunan sementara beberapa pertukaran siswa Internasional masih memiliki tujuan.
Tujuan ini banyak berdasarkan motif ekonomis untuk Negara Australia siswa Internasional juga penekanannya bergeser dari bantuan berupa kerjasama perdagangan juga untuk pertukaran guru dan penelitian, di verifikasi kurikulum program pedidikan yang ditawarkan menggunakan teknologi baru, perjanjian bilateral dan multilateral antar universitas.
Peter Hinness dan Meeri Hellstein membuat ringkasan tentang semua pengarang dalam buku ini. Berikut adalah ringkasan-ringkasannya.
1.    MICHAEL SINGH
Eksploitasi tentang bagaimana Internasionalisasi dan globalisasi memberikan peluang bagi menciptakan cara dan jenis baru belajar dan mengajar di universitas. Berdasarkan pengalaman pada pertemuan pada sebuah riset utama dengan siswa Internasional, Singh menunjukkan bagaimana akademisi dapat bekerja meskipun sarana dan parasarana tidak mendukung untuk membangun komunitas belajar yang bermakna dan kuat.

2.    RAYANINALDOO dan IAN JAMLESON
Beberapa asumsi tentang keinginan pedagogies pembelajaran virtual, mereka berpendapat bahwa banyak karakteristik diakui dalam proses belajar mengajar yang efektif karena sistim pembelajaran virtual dirancang terutama untuk memberikan pendidikan produk komoditas daripada melibatkan pelajar dalam pelajaran yang bersifat kognitif dan afektif.
3.    CATHIE DOHERTI dan PARLO.
Dari data suatu proyek penelitian yang dilakukan di Australia dan Indonesia menunjukkan bagaimana praktik Internasional yang tampaknya berusaha untuk memberdayakan mahasiswa Internasional secara tidak sengaja memberikan konstribusi untuk westemisasi.
4.    ANNE PRESCOTT dan MERRI HELLSTEIN.
Asumsi tentang proses transisi dan siswa Internasional kedalam budaya akademik lembaga tempat mereka tinggal.
5.    RUI YANG.
Kebijakan Internasional telah berdampak pada agenda penelitian lebih dari tiga perempat abad, yang menarik adalah cara di mana penelitiannya menunjukkan ketidakrataan Internasionalisasi antar Departemen dan akademik.
6.    GRANT HARMAN.
Hannan membahas berbagai pendekatan yang telah digunakan, jenis hasil penelitian, kesenjangan, dan keheningan yang saat ini ada dalam isu-isu.
7.    PETER HINNESS.
Menyajikan bacaan alternative dari program bantuan pemerintah yang dirancang untuk melibatkan institusi pendidikan tinggi, analisisnya menunjukkan bagaimana program ini secara tidak sengaja menciptakan Internasionalisasi pendidikan tinggi dan mempresentasikan karakteristik kemampuan Australia.
MICHAEL SINGH
Kebijakan pedagogi dan politik pada pendidikan dalam mengaktifkan kegiatan belajar masyarakat internasional.
makalah ini mengekplorasi hubungan proklamatis antara imajinasi universitas dari berbagai negara untuk meningkatkan peluang hidup mereka di berbagai negara maju. Juga membahas hasil wawancara dengan peserta yang berasal dari negara Cina yang kuliah di Australia diberbagai disiplin ilmu, antara lain iptek, bisnis, mereka menceritakan pengalaman kuliah di Australia baik secara formal maupun non formal.
Mahasiswa Cina suka mengamati perkembangan Australia mulai dari awal abad 21, saat kapitalisme internasional mulai memasuki Cina dan Jepang fokus utamanya adalah mengundang peranan negara non Eropa untuk mengadakan inovasi di Cina. Karena hal ini akan memberikan kontribusi yang tinggi bagi eksplorasi pendidikan di Cina.
Perdebatan dan perebutan pengelolaan pendidikan sebagai lahan komersial karena pendidikan tidak pernah akan mati. Pendidikan memiliki posisi yang istimewa, tidak mengherankan pemerintah Australia memiliki investasi yang begitu besar terhadap pendidikan sebagai penghasil sumber daya manusia dan modal intelektual.
Selanjutnya dimana-mana perdebatan pada permasalahan sosial, politik, ekonomi dan multikultural namun demikian perhatian pada internasionalisasi pendidikan demikian meluas dan mebutuhkan perhatian yang lebih   komprehensif
Metode belajar-mengajar di Cina, guru merupakan pusat pembelajaran, para guru lebih banyak berbicara di depan kelas dan siswanya tetap diam, tertib dan teratur, namun di Australia siswa internasional sangat merasakan sesuatu hal yang berbeda, dimana guru merangsang siswa untuk berpikir kritis dan menginginkan agar siswa menjadi mahasiswa yang independen, para mahasiswa tersebut tidak diberikan hanya dengan deskripsi belajar, tetapi juga dengan alat bantu yang akan membuat cakrawala berpikir mereka akan terbuka lebar dengan alat bantu, akan membuka ruang interprestasi yang bermakna, dimana mereka akan menghasilkan pengetahuan mereka sendiri, artinya pengajaran dan pembelajaran adalah pengetahuan bersama untuk menghasilkan generasi kritis dan kreatif untuk upaya pembangunan bangsa.
Di Australia guru lebih memperhatikan kerja tim dan kelompok kecil untuk berdiskusi, di Cina walau memiliki populasi mahasiswa yang banyak, namun belum ada kerja sama tim di Australia, kerjasama tim sangat diutamakan antara mahasiswa dari berbagai negara seperti India, Indonesia, Hongkong dan Malaysia.
Di Australia juga berlaku belajar melalui part time job bagi para siswa internasional, tidak hanya diinformasikan melalui pendidikan, tetapi juga dibentuk oleh pembelajaran informal, siswa luar Australia bekerja tidak lebih dari 20 jam perminggu selama semester, dan mereka juga mengakui bahwa sebenarnya orang tua, mereka tidak mengijinkan akan bekerja, dan lebih menyarankan konsentrasi pada kuliah atau sekolah.

RAJANI NAIDOO DAN IAN JAMIESON
Perguruan tinggi sekarang telah mengembangkan pelajaran virtual dan berbagai macam model e-learning diperkenalkan kemahasiswa. Hal ini tidak terlepas dari sebuah kemitraan secara global, universitas-universitas besar berkolaborasi bersama-sama untuk menawarkan konten on-line alasan utama ada tiga:
Pertama     :     Ketergantungan universitas pada IT secara global.
Kedua     :    Pengaruh GATS yang menyimpulkan bahasa universitas sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan pada tingkat dunia.
Ketiga    :    Pengembangan teknologi E-learning menggunakan internet sangat membantu proses ini.
Esensi dalam pelajaran virtual adalah harus melibatkan banyak standarisasi pengetahuan untuk menghasilkan model pembelajaran yang melihat tugas sebagai salah satu penambah pengetahuan baru pada siswa dan mahasiswa. Dalam beberapa mat apelajaran, khususnya di iptek, mungkin berpendapat bahwa hal ini lebih mudah dicapai karena ada keinginan dari siswa atau mahasiswa itu untuk maju. Fasilitas yang mendukung aktifitas mahasiswa dan siswa dari berbagai negara membuat mereka merasa tepat untuk melanjutkan sekolah di Australia hal ini memungkinkan mereka untuk bereksperimentasi dari duni anyata dan dapat pemecahan masalahnya menurut Carnavale dan Young unsur-unsur belajar virtual memungkinkan dalam pembelajaran menggunakan video conference, siaran televisi dan telekonferensi program didominasi, oleh materi pengajaran yang disampaikan generik on-line.
Lingkungan belajar yang berharga yang terdiri dari tatap muka ataupun e-learning dapat diperoleh sendiri. Beberapa fitur yang positif adalah bahwa e-learning tidak harus singkron dan dapat menghasilkan materi belajar dalam format multi media yang bermanfaat dalam belajar, perangkat seperti streaming video dan animasi kadang-kadang dapat melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan. Menanggapi tugas on-line, bersama dengan umpan balik guru, hal ini secara signifikan dapat meningkatkan kualitas mahasiswa.

CATHERINE DOHERTY DAN SINGH PARLO
Catherine dan Singh Parlo membahas dua budaya yang pertama budaya proses yang mempercepat globalisasi, yang kedua budaya konsep yang tidak dapat digunakan secara teoritis.
Universitas di Australia menawarkan program-program persiapan untuk siswa internasional, karena persiapan mahasiswa untuk beradaptasi dengan budaya Australia sehingga dalam proses belajar-mengajar dan sosialisasi budaya mudah dipahami, kegiatan ini dibagi menjadi tiga bagian.
Pertama : budaya dan identitas budaya berteori sebagai proses globalisasi dengan pedagogi memainkan peranan yang menonjol.
Kedua : merekam kelas kegiatan dalam program persiapan untuk siswa internasional di Australia, universitas digambarkan sebagai budaya yang spesifik.
Ketiga : mempertanyakan pentingnya simulasi nasional murni, tradisi barat, ekspor pendidikan Australia penelitian ini didampingi oleh dewan riset Australia yang meneliti tentang pedagogi, budaya, dan pengetahuan dalam program persiapan memasuki universitas Australia program ini ditawarkan untuk siswa internasional di on-shore dan of shore, di Indonesia program semacam ini biasanya disebut sebagai foundation. Program sejenis ini ditawarkan juga di Indonesia untuk siswa dan guru untuk keperluan akademik.
Selama lima puluh tahun terakhir, Australia telah menjadi eksportisi yang sangat sukses di bidang pendidikan. Khususnya di pasar regional Asia Tenggara. Pendidikan digambarkan sebagai penghasil ekspor Australia terbesar ketujuh (Noonan : 2006 . 6).
Negara terbesar yang mengirimkan siswanya ke Australia adalah Singapura, Hongkong, Malaysia, Cina, Indonesia jurusan yang diminati adalah Manajemen, Perdagangan, Sains dan Pelatihan.
Untuk jurusan video dan informatika berkisar antara 12 sampai 26 siswa. Siswanya berasal dari negara Hongkong, Thailand, Taiwan, Malaysia, Singapura, Timor-Timur dan Indonesia. Banyak siswa yang sudah bergelar sarjana dan ada juga guru yang sudah berpengalaman mengajar selama 7-28 tahun di sektor pendidikan, dan ada tujuh guru yang bergelar pasca sarjana hanya untuk melengkapi teori dalam menyelesaikan disertasinya.

ANNE PRESCOTT Dan MERRI HELLSTEIN
Hanging bersama bahkan dengan non native speakers pengalaman transisi siswa internasional.
Dalam bahasan ini penulis berusaha untuk memeriksa isu-isu kunci untuk menerapkan pengajaran yang sukses yang dibahas adalah perspektif siswa dalam proses belajar-mengajar.
Dalam komunitas mainstream, proses transisi kependidikan, gagasan transisi umumnya menunjukan perkembangan keakraban yang mengadopsi tantangan budaya, sosial dan kognitif baru, masa transisi meluas melalui tahun pertama. Study tersier dan secara luas mengalami penyesuaian yang sering mengalami transisi adalah program-program yang meningkatkan integrasi sosial seperti kesempatan untuk bertemu siswa lain dalam pengaturan semi formal memfasilitasi proses belajar, mengenal perpustakaan, informasi orientasi, keterampilan dan membiasakan siswa dengan lingkungan universitas.
Sebagian besar, masalah yang terjadi adalah pada saat tahun pelajaran batu, terutama tentang kekurangtahuan mahasiswa tentang budaya disiplin di negara Australia, masalah bahasa dan keterasingan dari sosial yang merupakan penghalang yang melibatkan baik belajar verbal dan komunitas non verbal sebagai perbedaan antara budaya timur dan budaya barat.
Konsep persimpangan identitas internasional keseluruhan prosentasi dan praktek budaya yang memberikan konteks untuk cara-cara dimana Ois didasari pengalaman. Pengalaman ini bukan hanya fungsi dari bahasa dan interkasi tetapi nyata dari fitur diskursif sehari-hari yang biasa membentuk lingkungan.
Para peserta berasal dari dua belas disiplin ilmu misal dari akuntansi, linguistik, dan antropolog. Sebanyak empat puluh delapan dari enam belas negara secara sukarela usia mereka berkisar 18 – 50 tahun terdiri dari sarjana maupun pasca sarjana. Mayoritas peserta berasal dari ASIA.
Wawancara itu direkam audio, ditranskip berdasarkan metode yang digariskan, pada proses analisis, melibatkan seluruh interprestasi metode yang dikembangkan oleh Silverman (1977) dimana data material diubah menjadi skema pengkodean, tujuan analisis dan diskusi ini adalah untuk menampilkan melalui mekanisme yang digambarkan dalam wawancara pengalaman Ois.

RUI YANG
Internasionalisasi perguruan tinggi di Cina studi kasus dari universitas komprehensif mayor.
Rui yang menganalisis bagaimana universitas Cina mengimplementasikan internasionalisasi dalam kompleksitas budaya, pendekatan study kasus digunakan untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang internasionalisasi pada tahun 1924 DR. Sunyatsen, pemimpin revolusi demokrasi borjuis Cina memutuskan untuk mendirikan dua lembaga pendidikan tinggi. Pertama perguruan tinggi Militer Huangpu, Kedua Guangdong University (GU), GU dibangun merupakan gabungan perguruan tinggi guru, hukum, dan pertanian.
Komite untuk mendirikan GU terdiri dari banyak tokoh penting dari politik, akademis, termasuk tujuh dosen, lima anggota eksekutif komite nasional partai, dua senator, dua presiden universitas asing, mentri, walikota, guanzhou dan penasehat presiden Sunyatsen.
GU mulai merekrut mahasiswa pada musim panas 1924, diantara 1.067 siswa tujuh puluh persen berasal dari Guang Dong dan Guang Xi, dan memiliki enam fakultas yaitu seni hukum, pertanian, ilmu pengetahuan, teknik, obat-obatan, dan satu sekolah penelitian. GU diubah menjadi Sunyatsen Zhongshan.
Awal kegiatan adalah menterjemahkan semua karya asing ke dalam bahasa Cina. Selama revolusi kebudayaan ZU, mengalami kerusakan pada fungsi pengajaran dan penelitian pada bulan Oktober 2001, Sunyatsen medis, bergabung dengan ZU, banyak warganegara asing yang menjadi direktur di universitas tersebut seperti Dr. Oh Jacheg, Dr. arnold Heim, dan Prof. Krejei, bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris karena pihak universitas sangat tertarik pada praktek internasional dan meningkatkan standart pengajaran dan penelitian fakultas kedokteran awalnya mengikuti gaya Amerika karena sejumlah besar staf pengajar lulusan Amerika. Demikian juga fakultas kedokteran bergaya Jerman banyak dosen dan pakar terkemuka Jerman yang mengajar di universitas Tong Ji dan yang Hayhoe.
Pada tahun-tahun sulit universitas tidak aktif seperti Invasi Jepang (1937 – 1945) Perang Sipil Cina (1945-1949) dan berurutan turbulensi politik partai komunis Cina (1950 – 1970).
Setelah era tahun 2000 Cina termasuk negara yang menjadi terkemuka di Asia bersama Jepang, Korea Selatan karena mereka mengutamakan pendidikan dibandingkan dengan urusan lainnya, terutama ekonomi karena dengan pendidikan tinggi. Hal yang lain akan mengikutinya.

GRANT HARMAN
Internasionalisasi pendidikan tinggi Australia sebuah tim jauh kritis.
Kritis tinjau literatur ilmiah dan profesional diproduksi sejak tahun 1990. Internasionalisasi pendidikan tinggi Australia, tidak hanya mempertimbangkan jurnal artikel dan monograf tetapi juga tesis penelitian dan publikasi yang dihasilkan oleh departemen dan lembaga pemerintah, organisasi non pemerintah pendidikan tinggi dan perusahaan khusus yang menyediakan dukungan pelayanan pendidikan yang lebih tinggi.
Keperguruan tinggi di Australia menyediakan banyak literatur ilmiah yang digunakan mahasiwa internasional dalam membuat tugas makalah untuk keperluan penyelesaian kuliah ataupun untuk membuat presentasi hasil pengamatan mereka sehari-hari dan juga hasil diskusi yang memerlukan literatur ilmiah sebagai landasan teori yang ilmiah.
Sejak tahun 1990 sejumlah besar bahan telah diproduksi oleh Australia untuk keperluan mahasiswa sekolah internasional, mahasiswa belajar dan mendalami bahasa Inggris untuk memperlancar kuliah mereka. Internasionalisasi pendidikan tinggi dapat didefinisikan semata-mata sebagai proses integrasi budaya ke dalam pengajaran, penelitian dan fungsi pelayanan lembaga-lembaga pendidikan tinggi, internasionalisasi dalam konteks saat ini jauh lebih luas daripada ekspor jasa pendidikan, karena hal itu melibatkan beasiswa penelitian dan isu, isu manajemen juga kurikulum yang berlaku di negara asal.
Dalam prakteknya internasionalisasi pendidikan tinggi biasanya merujuk pada kegiatan berikut:
·    Gerakan interansional siswa antar negara
·    Gerakan internasional staf akademik dan peneliti
·    Internasionalisasi kurikulum pendidikan tinggi
·    Internasionalisasi hubungan antar negara dan bangsa melalui program pembelajaran
·    Hubungan bilateral antara pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi diberbagai negara
·    Kerjasama multi nasional melalui organisasi internasional atau melalui konsorsium
·    Ekspor jasa pendidikan dimana pendidikan ditawarkan secara komersial di negara lain.
PETER NINNES Virtual Colombo Plan
Pengenalan Lembaga Pendidikan Tinggi Australia menjadi semakin global, karena banyak negara-negara terutama Asia Tenggara yang mengirimkan mahasiswanya untuk kuliah di Australia.
Bantuan Bank Dunia yang bekerjasama dengan Australia adalah berupa kegiatan Virtual Colombo Plan Australia AUS AID sangat membantu mahasiswa yang bekerja disana, teknologi yang ditawarkan adalah cara mengakses pengetahuan melalui informasi teknologi komunikasi.
Rencana colombo plan muncul dari pertemuan negara persemakmuran di Asia Selatan dan Asia Tenggara pada tahun 1950 dimana negara-negara yang baru merdeka seperti India, Pakistan dan Srilangka yang menginginkan pembangunan ekonomi, juga negara-negara yang takut akan kebangkitan Cina seperti Australia Kanada, Inggris, dan Selandia Baru, merekapun waspada akan penyebaran paham komunisme Uni Soviet mengingat dahulu salah satu alasan dari colombo plan adalah untuk menstabilkan dan menumbuhkembangkan ekonomi kapitalis di negara-negara yang baru merdeka dari selatan dan Asia Tenggara. Pada dasarnya colombo plan adalah program untuk bantuan, kemudian review dari colombo plan adalah kemungkinan pendidikan tinggi Australia menjadi komoditi perdagangan Escobar (1995) mengemukakan kriteria post struktural pembangunan sebagai wacana efek, berpendapat bahwa teori modal manusia berfokus pada indikator luas pembangunan, seperti rencana virtual colombo, produck domestik bruto, dan tingkat industrialisasi, sedangkan Sen berpendapat bahwa pembangunan harus dipahami lebih luas khususnya, ada lima pendapat yang dikemukakan Sen yaitu:
1.    Politik kebebasan (hak politik yang terkait dengan demokrasi dalam arti luas)
2.    Fasilitas ekonomi (peluang masing-masing individu menikmati untuk memanfaatkan sumber daya ekonomi untuk tujuan konsumsi atau produksi).
3.    Sosial peluang (pengetahuan yang membuat masyarakat untuk pendidikan, perawatan kesehatan dan sebagainya, yang mempengaruhi individu untuk hidup lebih baik).
4.    Menjamin transparansi (kebebasan untuk berurusan dengan satu sama lain menjamin keterbukaan dan jernih).
5.    Perlindungan keamanan (kebebasan dari kekurangan yang melibatkan pengaturan kelembagaan, seperti tunjangan pengangguran dan pendapatan dalam suplemen).

PAM NILAN
Bantuan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia disponsori oleh AUS AID (Australia Agency for International Development) adalah untuk memajukan kepentingan nasional Australia dengan membantu negara-negara berkembang untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai berkelanjutan pembangunan. Hal ini dikemukakan sendiri oleh Menlu Australia Alexander Downer, menteri menekankan meskipun memberikan bantuan kepada negara-negara miskin di wilayah Asia Tenggara, negar ayang paling dekat dengan Australia dan meningkatkan kapasitas mereka untuk perdagangan Australia penerima beasiswa adalah berusia 19 – 26 tahun mereka berasal dari Bali 18 pemuda dan dari Sulawesi Selatan 28 orang.
Tujuan bantuan khusus untuk Indonesia adalah peningkatan manajemen ekonomi, memperkuat demokrasi peningkatan keamanan dan stabilitas, memberikan kualitas pelayanan sosial dan pendidikan dasar, dari total bantuan Australia untuk Indonesia mencapai 44 persen (AUS AID 203 : 13) dan ini peningkatan pada tahun 2004 kira-kira 360 penerima beasiswa AID kedatangan mereka untuk mengambil pasca sarjana.
Australia melalui program colombo plan selalu memberikan kesempatan pada negara-negara berkembang untuk mengirimkan mahasiswa-mahasiswa terbaik mereka untuk melanjutkan studi di Australia dengan memberikan beasiswa penuh, logika yang berlaku adalah Australia kembali akan membantu perkembangan negara mereka terhadap kemajuan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan dan memberikan kontribusi pembangunan berkelanjutan.
Hasil survey menunjukkan dahulu mereka yang mendapatkan beasiswa AID sepulang dari Australia mendapatkan promosi dan kenaikan gaji (Tierderman 2002 : 6). Hellsten (2002 : 539) mengutip sebuah pernyataan mahasiswa Indonesia yang mengatakan. Jika aku pergi ke Ausralia saya akan mendapatkan benar-benar, baik gelar yang dihargai di negara saya dan anda mendapatkan pekerjaan yang baik dan membuat banyak uang.
Penelitian lain menegaskan bahwa keuntungan pribadi dan karir bagi penerima beasiswa AID adalah:
1.    Akuisisi keterampilan teknis dan profesional tertentu
2.    Akuisisi unggul kompetensi bahasa Inggris
3.    Pengembangan kesadaran daerah
4.    Meningkatkan peluang mobilitas sosial dan profesional
5.    Meningkatkan kesadaran konteks politik ekonomi dan sosial di Australia (Philip 8 Stahl, 2001).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar